Kamis, 08 Agustus 2013

Ponsel di Kantong Anak-Anak

Beberapa hari lalu, Komenk bertanya. "Kapan kita punya HP Thant?" sambil berjalan menyusuri Plaza Marina, Surabaya. "Hmmm, pas kuliah lah Menk," jawabku cepat. "Coba kamu lihat sekarang, anak-anak kecil ajah pegangannya udah BB," ujarnya sambil menunjuk dua keponakan kembaranya yang berjalan gesit diatara lalu-lalang pembeli dan pengunjung di Plaza Marina. Dan aku pun hanya tersenyum melihat realita menarik ini. 

Dulu sama sekarang jelas beda. Kalau dulu, HP itu barang mewah, tidak semua orang bisa. Atau setidaknya harus menabung dulu supaya bisa memakai HP yang bisa untuk telpon dan kirim SMS. Belum lagi beli nomor perdananya, itu juga butuh duit yang gak murah. Seingatku, aku harus merogoh Rp 150.000 hanya untuk beli nomor perdana. Nomornya gak canti pula, nomor yang asal nomor ajah. Kalau mau punya nomor cantik, paling gak harus punya duit Rp 500.000. 

Nah sekarang, dengan Rp 150.000 kita bakalan sudah punya nomer yang jelita dan menggoda. Sebab, nomor perdana aja ada yang dijual Rp 5.000, dan itu sudah dengan pulsa senilai harga belinya dengan masa aktif sebulan. Harganya cuma setengah harga satu bungkus rokok, atau seharga minuman botol teh rasa buah. 

Begitu juga dengan HP, harganya sudah kacang goreng. Model dan kualitasnya juga ada 1001 pilihan. Tinggal tunjuk dan tinggal sesuaikan dengan duit yang di kantong, atau sesuaikan THR tahun ini. Ada yang super mahal, sampai seharga tiket pesawat ke London, Inggris, tapi ada juga yang harganya cuma cepek ceng alias seratus ribu. Murahnya harga HP dan pulsa, juga kartu perdana ini membuat siapa saja, dari kakek nenek, sampe bocah yang masih suka ngompol, menenteng HP kemana-mana. 

Makanya, jangan heran kalau dimana-mana tiap orang sudah pegang HP, bahkan anak-anak. Konon, orang tua membekali anaknya dengan HP supaya anak-anaknya mudah dijangkau, berkomunikasi, dan dipantau. Sedangkan bagi anak-anak, HP hanyalah gedget elektronik yang menarik untuk diotak-atik. Sebagian lagi melihat HP adalah pengganti game watch, nonton film di youtube, dan tentu saja status pergaulan dikalangan teman-temannya. 

Wajarlah kalau yang diberi HP itu usia anak SD, tapi kalau TK, buat apa ya HP-nya? 


Untuk komunikasi, HP memang juaranya, tapi dari sisi kesehatan, ada efek yang perlu kita cermati sama-sama. Hasil penelitian di Jerman menyebutkan sinyal-sinyal yang dipancarkan HP mampu membuat kita resah, mengganggu jaringan dan fungsi otak, dan fatalnya mampu berdampak kanker atau tumor pada otak kita. "W.O.W..!!" Pengaruh itu bisa lebih besar pada anak-anak yang otaknya sedang berkembang hingga mereka mencapai usaia 14 tahun. Karena sangat rentan, maka kemungkinan anak-anak akan mengidap kanker otak akan semakin besar jika intensitas pemakaian HP mereka tinggi. 

Salah satu kebiasaan yang memicu dampak HP makin terasa adalah menelepon dengan HP sebelum tidur, atau menggunakannya untuk aktivitas lain, seperti browsing dan gaming. Penelitian di Jerman juga menyebutkan bahwa meletakkan HP di tempat tidur, atau di dalam kamar akan membuat kita mengalami kesulitan tidur, resah, dan gelisah. (Waduh, kok betul banget, sering banget gak bisa tidur. Tapi bukan cuman karena HP di kasur, tapi karena gak punya duit, hahahaah...) 

Betapa "keji" nya HP ternyata bagi kesehatan. Tapi, bukan berarti kita kemudian menyerah. Semua bisa kita kontrol kok supaya jangan sampai muncul penyakit atau masalah kesehatan tersebut. Mulai dari yang paling gampang, misalnya letakkan HP jauh-jauh dari kasur saat Anda tidur, letakkan aja di meja. Pakai earphone/hands-free saat menelepon, itu lebih baik ketimbang menempelkan langsung HP ke telinga. Mungkin juga bisa manfaatkan speaker phone, kecuali kalau obrolannya top secret, hehehe.. 

Saat dimobil yang berjalan, kereta, atau lift, sebaiknya jangan menerima telepon, sebab konon sinyal HP lebih besar radiasinya saat objeknya bergerak. Jika sudah tidak digunakan, sebaiknya matikan WIFI yang ada di rumah, dan tidak memakai earphone saat tidur sambil mendengarkan musik dari HP. Nenek bilang itu berbahaya..., soalnya kalau ada maling gak bakalan kedengeran, hahaha... 

Solusi ini bukan cuma buat Anda lho, yang lebih penting buat anak, adik, atau ponakan Anda yang masih kecil. Biasakan mereka melakukan hal-hal yang mengurangi risiko terpapar sinyal radiasi dari HP. Tapi, mulailah dari diri kita sendiri, biar mereka belajar dan meniru kita. 

"Om, lihat di HP-nya ada game apa aja? Boleh pinjam kan?" taya Alven, salah satu bocah kembar itu kepadaku. 
--yudathant--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar