Senin, 05 Agustus 2013

Kuasa Drupadi di Istana Khayalan

Aku membaca buku ini dua bulan lalu, dan aku sudah bercerita kepada dua orang teman perempuan, tentang betapa mahadaya buku ini, "Palace of Illusion" tulisan Chitra B Divakaruni. Buku ini bakal cocok buat kamu yang suka dengan dongen klasik Mahabarata atau Ramayana. Sebab, dalam buku terjemahan ini kita akan melihat kisah perang barata yuda di tanah kurukshetra dari sudut pandang mata dan batin seorang perempuan, yang konon adalah pemicu perang ini, yakni Drupadi. 

Mengapa aku sebut mahadaya, sebab buku ini bisa menjadi cermin bagi para perempuan untuk melihat kodrat, peran, dan kekuatan mereka dalam dunia yang dijalankan oleh laki-laki. Meski latar kisahnya adalah India dan pada zaman dahulu, namun kesan yang terbangun tetap hangat dan malah tak jauh beda dengan kondisi sekitar kita saat ini. Jika yang baca tulisan ini adalah perempuan, aku rekomendasikan Anda baca buku ini. Tapi jika Anda laki-laki, tak ada salahnya juga membacanya. Sebab Anda akan tahu bahwa dibalik semua kisah dan pergolakan dunia, ternyata perempuan bukanlah figuran. Mereka punya campur tangan yang besar dalam tiap kisah sejarah di muka bumi ini. 

Untuk gambaran awal, aku akan mencoba memberi ulasan singkat konten dari buku ini. 

Pada bab-bab awal buku ini, kita akan dikenalkan tentang siapa sebenarnya Drupadi, seorang putri dari Raja Drupada dari Kerajaan Pancala. Sosok putri cantik  yang juga dikenal dengan nama Pancali ini berkulit gelap namun eksotis. Dia sangat dekat dengan kakak laki-lakinya, juga dengan Kresna yang sering bertandang ke kerajaannya. Dikisahkan pula bahwa dia bukan seperti putri-putri lain yang gemar berlatih menari atau berdandan, tetapi dia senang mendengarkan kisah dan strategi perang dari kakak laki-lakinya. Dia sosok yang cerdas, penuh ambisi, namun terbatas oleh kondisinya sebagai perempuan yang hanya boleh duduk dan melihat. 

Pada bab selanjutnya, mulai dikisahkan asmara yang menggelora dalam jiwa Drupadi. Selain Arjuna yang berhasil memenangkan sayembara untuk menikahinya, ternyata Drupadi menyimpan gejolak cinta pada Karna, yang mengikuti sayembara namun ditolak oleh pihak Kerajaan. Perasaan itu tersimpan dan bersembunyi rapat di ceruk paling dalam hatinya, dan sering kali berontak tatkala dia melihat dan bersua dengan Karna. Di satu sisi, Karna pun ternyata memendam perasaan yang sama, namun tak mampu berbuat apa-apa untuk menyatakan cinta terdalamnya kepada perempuan yang selalu dipujanya. 

Jika poligami itu mungkin biasa, tapi bagaimana jika poliandri. Bagaimana perasaan seorang perempuan yang terpaksa harus melakukan "permainan" poliandri ini. Bagaimana dia harus membagi cintanya bukan hanya kepada satu atau dua laki-laki, tapi lima sekaligus dan mereka hidup dalam satu atap yang sama. Kelima suaminya yang disebut Pandawa itu adalah kakak beradik, Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Bagaiman kecemburuan Drupadi kepada perempuan-perempuan lain yang menjadi istri-istri dari suami-suaminya. Kemarahan dalam hati Drupadi saat pada awal tahun dia harus berganti suami, tanpa boleh bercengkerama dengan suami-suaminya yang lain. Serta kegelisahan Drupadi bahwa dia tidak bisa menjadi istri terbaik bagi suami-suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Dari kelima pria itu, ternyata yang paling menyayangi Drupadi bukanlah Arjuna, tetapi Bima. 

Kemudian bab berikutnya, yang merupakan klimaks dari buku ini adalah bagaimana Drupadi berperan, entah langsung ataupun tidak, dalam perang mahabarata. Kisah tentang permainan judi (dadu) Yudhistira dengan Duryodana (sulung dari Kurawa), yang berakhir dengan kekalahan Pandawa, diusir dari istana impian mereka, dan dipermalukan di depan para undangan. Bahkan, Drupadi menjadi "barang" taruhan dan berakhir dengan tragedi pelucutan kain sari (baju) Drupadi oleh Dursasana (adik Duryodana) di depan Pandawa yang tak bisa berbuat apa-apa karena kalah judi. Tragedi inilah yang memicu kebencian Drupadi dan para Pandawa, suami-suaminya, sehingga berakhir dengan perang besar di kurukshetra. 

Luka, dendam, ambisi, asmara, cinta, suka cita, mimpi, dan harapan Drupadi menjadi refleksi kisah perempuan-perempuan di jagad raya ini. Perempuan yang harus mengabdi pada suami, tanpa boleh menolak untuk tindakan yang tercela yang akan menimpanya. Perempuan yang menaati aturan, tanpa bisa berkata tidak pada aturan main yang hanya menyengsarakan perempuan. Perempuan yang ingin merdeka, tapa harus ada yang terluka. Inilah kisah dan gelisah perempuan, yang tertuang dalam wujud Drupadi. 

Dari buku ini aku belajar, bahwa perempuan juga punya gairah, hasrat, dan cita-cita sebesar laki-laki. Mereka juga punya peran dan fungsi yang tak kalah penting seperti laki-laki. Perempuan juga mampu menjadi biang masalah sekaligus penyelesai masalah. Kalau ada yang bilang "selesaikan dengan secara jantan (laki-laki)," berarti sebuah masalah juga bisa diselesaikan secara perempuan. Dan mungkin, cara itu lebih baik, lebih damai, dan lebih win-win solution


- yudathant -

nb: 
dalam foto ada gambar Dian Sastro (my idol actress), itu sengaja karena dia berperan sebagai Drupadi dalam film berjudul Drupadi, produksi tahun 2008. Aku pengen banget nonton filmnya, tapi sampai sekarang belum pernah lihat DVD nya dijual di lapak, atau ada stasiun TV di Indoensia yang muter film ini. Oh ya, aku sempat nemu teaser film-nya, coba chek di video yang aku attach. Ckckckck.., kapan yah bisa lihat mbak Dian Sastro... #wajah mupeng. 



1 komentar:

  1. Buku yg kulirik, kutatap, kudekap tapi tak kunjung kubaca *nunggu resensi

    Bagus mas, sejak pisahan Juni lalu, gue jadi sering memainkan imajinasi, membayangkan perasaan wanita ini, membayangkan opsi yg dia punya dan kenapa dia memilih hal A bukan B?

    I always curious with all the choices and strategies that drupadi had.

    Sama seperti film Kama Sutra, yg terkenal sebagai xxx movie, tapi menurutku sih ga. Kama Sutra lebih pada intrik dan strategy dari wanita-wanita di sekeliling istana untuk mendapat perhatian raja dan menempati posisi tertinggi. Berbagai strategy dan konsekwensi yang berakhir ke arah sad story.
    *nangis di bagian akhirnya

    Coba kalau sempat dibedah dan ditelaah film-nya...

    BalasHapus