Minggu, 10 Januari 2016

Agar Gaji tak Menguap Tanpa Tahu Rimbanya

Perbincangan kami menjelang pergantian tahun baru sepertinya sedikit berbobot. Pagi itu, sehari menjelang tahun 2016, aku, Bowo, Ragil, Budi, dan Hayat duduk mengelilingi meja kotak berbahan alumunium. Kami sedikit memperdebatkan risiko finansial sebagai buruh di kantor. Sebut saja obrolan kali ini tentang "Manajemen Gaji Sebulan."


Ada dua hal yang rutin ditunggu-tunggu oleh pekerja, terutama pekerja di ibu kota, yaitu libur akhir pekan dan gaji bulanan Yang paling menarik adalah menunggu duit gajian tiap bulan. Kita selalu berfikir, untuk apa gaji bulan ini? Mau belanja apa saja bulan ini? Atau, cukup tidak gaji bulan ini? Sebab, terkadang uang gaji sebulan tak terasa menguap begitu saja, padahal masa 30 hari belum juga usai. 

Bagi satu karyawan, misalnya gaji Rp 4 juta di Jakarta tidak cukup. Tapi bagi karyawan yang lain, uang segitu sudah cukup. Bahkan, dia bisa menabung, meski jumlahnya tidak seberapa. Obrolan ini berawal saat Hayat bertanya kepada Bowo, jagoan finance kami di kantor, tentang mengatur duit gajinya yang dirasa-rasa kok selalu ngepas. Padahal, Hayat dan isterinya sama-sama bekerja. 

Mengelola gaji sebulan memang butuh skill. Jika salah kelola, yang ada malah muncul hutang, entah dari kartu gesek, pinjaman koperasi kantor, atau pinjaman kerabat. Harapannya, nanti pas gajian akan dibayar. Ujung-ujungnya, gaji pun berkurang di bulan itu. 

Berikut ini adalah tips mengelola gaji bulanan, yang aku sarikan dari pengalaman sebagai buruh selama 10 tahun serta hasil obrolan kami. 

1). Pos Anggaran -- Buatlah pos-pos angaran rutin, 3-4 pos anggaran utama, yang selalu dikeluarkan tiap bulan. Seperti, pos biaya makanan; pos biaya transportasi: pos biaya rumah/kos; pos biaya sekolah. Selain itu, tentukan 2-3 pos lainnya, yang terkadang selalu ada atau sewaktu-waktu muncul, seperti pos  biaya kesehatan; pos biaya hiburan/ liburan. 

"Aku malah siapin amplop khusus. Satu amplop buat uang makan, uang bensin motor, uang jajan atau hiburan. Jadi uangnya gak tercampur-campur, karena sudah dipisahkan dari awal," jelasku kepada mereka. 

2). Persentase pengeluaran -- Setelah menetapkan pos-pos anggaran, buatlah persentase pengeluaran tiap bulan dari tiap pos. Besaran persentase tiap orang tidaklah sama. Bagi bujang punya pacar, mungkin saja pos biaya hiburan lebih besar, dari pada karyawan yang beristeri atau bujang jomblo akut. Silakan tentukan persentase sesuai kebutuhan. Namun, angka itu harus dipatuhi, tidak bisa setiap bulan berubah-ubah sesuka hati. 

3). Menabung lebih dulu -- Biasakan menyisihkan sebagian uang untuk ditabung. Besaran tabungannya minimal 20% dari gaji. Jika ada dana pos yang tidak terpakai, hingga akhir bulan, tambahkan sebagai uang tabungan. Bentuk tabungan bisa beragam, seperti deposit di bank atau cicilan tanah/rumah, atau asuransi. Jika perlu buat satu rekening baru, yang khusus untuk menabung. Tabungan ini sangat bermanfaat jika sewaktu-waktu Anda membutuhkan dana untuk kebutuhan darurat atau meningkatkan kualitas hidup, seperti membayar uang muka pembelian rumah. 

"Pokoknya begitu terima gaji, langsung ada yang ditabung dulu. Pindahin duitnya dari rekening gaji kantor," tambah Bowo. 

4). Biaya kebutuhan dasar -- Tiap kebutuhan ada nilai/biaya paling dasar. Misal, normal kita bisa makan sehat adalah Rp 50.000/hari, maka nilai ini menjadi acuannya. Jika pada hari tertentu, secara tak sengaja, pengeluaran Anda melebihi biaya dasar, maka Anda harus berupaya agar pengeluaran selanjutnya dapat dikendalikan. 

"Dari pertama kerja sampai sekarang, biaya makanku tidak banyak berubah. Itu karena aku menentukan berapa biaya dasar kebutuhan makan aku sehari," ujar Bowo, yang sudah lebih dari 12 tahun berkeja sebagai finance.  

5). Kendalikan pengeluaran -- Ketika gaji naik, terkadang pengeluaran berjalan segaris lurus, ikut meningkat. Sangat bijak jika Anda mengatur ulang persentase pengeluaran berdasarkan gaji yang baru. Jika kebutuhan dasar Anda tidak ada perubahan, seperti makan dan tempat tinggal, maka tambahan gaji baru ini bisa dialihkan pada tabungan. Perubahan pengeluaran juga dapat terjadi jika Anda menikah, memiliki anak, dan hari raya. 

Memang tidak gampang mengelola uang, apalagi jika kebutuhan duniawi membombardir kita dengan iklan-iklannya yang bermunculan di berbagai media elektronik. Buka google, ada iklan sepatu. Buka youtube, ada iklan jam tangan dan handphone. Bahkan main duel otak di hp pun juga ada iklan-nya, yang merayu untuk dibeli. Haduh, gajian masih dua minggu lagi, sambil melihat kalender di meja kantor. Mau beli celana ama sepatu, tapi kok duit pas-pasan. Begitu batin ini merintih. 

- yudathant -