Sabtu, 17 Agustus 2013

Melatih Nasionalisme

Seorang teman membuat status di akun FB-nya, "Nasionalisme itu bisa dilatih kok, coba aja deh!" tepat pada hari peringatan 68 tahun kemerdekaan Indonesia. Apa benar nasionalisme itu bisa dilatih? Dia dilatih atau ditanam? Mana yang benar? (#sambil pegang dagu dan garuk-garuk jidat) 

Euforia independence day tiap bulan Agustus memang terasa sekali. Bendera di pasang di depan rumah atau di gantung di atas jalan-jalan kampung, gapura perumahan dihias secantik mungkin, dan beragam lomba dan pesta hiburan rakyat dihelat di mana-mana. Semua serba merah dan putih. 

Inikahi bentuk nasionalisme? Aku rasa bukan. Ini hanya bentuk perayaan, pesta, dan luapan kegembiraan atas sebuah kata "merdeka" yang telah diperjuangkan rakyat dan bangsa kita sebelum 68 tahun yang lalu. Perayaan yang serba wah dan spektakuler itu, aku rasa, belum bisa disebut kita telah bersikap nasionalisme. Ini hanya artifisial. 

Apa yang harus dilakukan supaya kita disebut memiliki nasionalisme kepada bangsa ini? Apa benar nasionalsme ini bisa dilatih? Siapa yang melatih? Apa materi yang dilatihkan? seperti apa bentuk latihannya? Dan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk latihannya? Atau..., nasionalisme itu sebenarnya ditanamkan? Lalu, siapa yang menanamkannya? Bagaimana cara menanamkannya? Kapan dan berapa lama proses penanamannnya? (#makin kusut nih rambut gara-gara digaruk-garuk dan diusek-usek mikirin jawabannya!) 

"Wis gak usah dipikir. Biar gak masang bendera di depan rumah, tapi kan aku dah memasang bendera merah putih di hati-ku," seloroh kakakku sambil ngeloyor dan tertawa riang. 

Mungkin benar juga kata dia. Gak usah dipikirin! Yang penting, hati dan jiwa kita adalah untuk tanah air ini. Untuk kemerdekaannya, untuk kemajuannya, untuk keindahannya, untuk kelestariannya, dan untuk masa depannya. Biar kata orang aku tidak nasionalis hanya karena aku gak pasang bendera di depan rumah, gak ikutan upacara, gak ikutan lomba-lomba 17-an, atau gak teriak-teriak "merdeka" sambil mengacungkan bendera kertas merah-putih. Yang jelas aku bangga kok jadi orang Indonesia. 

Seperti pernyataan dari seorang Senator Amerika Serikat di abad ke 19, Carl Schurz, bahwa "This is My Country, right or wrong. If right, to be kept right. If wrong, to be set right." Maksudnya, apa pun yang terjadi, kita harus membela negara dan bangsa ini. seberapa buruk sikapnya dan seberapa cantik parasnya, inilah Indonesia. Yang baik harus dibesarkan, yang busuk harus disapu-bersihkan. And this is my first lesson for what I call nationalism. Damn, I Love Indonesia! 

-yudathant-

1 komentar:

  1. Haisss.....fotonya bikin meweek,
    Segar rasanya saat mereka meneriakan "Anak Indonesia, merdeka merdeka!!"

    BalasHapus