Senin, 09 Juli 2012

Kehilangan Sahabat

Seminggu terakhir ini adalah hari-hari terberat yang harus aku lalui. Merasa sendiri dan ditinggalkan... Aku terancam kehilangan salah seorang yang aku sayangi, seorang sahabat yang bagiku sangat dekat. Kehilangan ini bukan karena maut atau malapetaka, tapi karena "permainan" perasaan yang terlalu berlebihan, yang akhirnya malah meruwetkan hubungan persahabatan ini. 

Yah, perasaan yang terlalu peka dan sensitif --yang menjadi sifat alam bawah sadarku-- ini lah yang sepertinya menghancurkan persahabatan singkat aku dengannya. "Sensitifmu melebihi cewek! Coba kamu kendalikan itu," begitu kata-kata yang dia tulis melalui pesan singkatnya.

Ternyata, sensitif bukan hanya milik perempuan. Laki-laki, bahkan yang bertampang garang seperti aku juga punya rasa itu, dan mungkin lebih besar bobotnya. Hal ini tidak disadari dan ternyata tersimpan dengan rapi dan tertumpuk tinggi. Dan, setelah aku review kembali, ternyata sifat "bayangan" ku ini tergolong highly sensitive people.

Dari sumber bacaan, ternyata sebagian bibit highly sensitive itu melekat di dalam diriku (untunglah gak semuanya, hehehe...). Berikut adalah beberapa ciri orang yang tergolong terlalu sensitif, seperti: 
# sangat teliti, dan kadang sampai pada titik perfeksionis
# punya kesadaran tinggi terhadap lingkungan sekitarnya 
# sering terdorong untuk mengatur banyak hal termasuk pikiran dan ide dalam otaknya
# merasa tidak nyaman jika ada banyak hal tak bisa ditanganinya 
# selalu butuh waktu untuk sendiri, dan dapat menjadi sangat emosi sehingga butuh saat-saat untuk "pergi" mencari ketenangan dan kenyamanan 
# gampang terbawa perasaan dan mudah merasa khawatir 
# punya mimpi-mimpi yang indah dan kehidupan spiritual yang dalam 
# susah tidur dan tidak suka keramaian dan kekerasan, serta peka dalam apresiasi seni dan alam
# punya intuisi menebak jika seseorang berbohong atau sesuatu yang tidak benar
# menikmati kesederhanaan dan akan mudah emosi atau stress saat situasi kacau

Wah wah wah.., ternyata aku memang orang yang terlalu sensitif. Tapi apa salah kita sensitif? Jawabannya pasti tidak, sebab kepekaan itu akan membantu kita peduli dengan orang lain dan berpikir imajinatif. Namun, yang salah jika sensitifitas yang kita miliki itu berlebih dan menguasai akal sehat. Akibatnya, perang dingin antara aku dan sahabatku ini pun pecah. 

Aku pun kembali berfikir keras, sampai-sampai susah untuk tidur.. (masuk dalam ciri-ciri seperti di atas). Apa kesalahan yang telah aku perbuat? Pertama, aku egois! memaksakan kehendak yang sepertinya tak sesuai dengan dirinya, dan pendapat itu tak sesuai dengan ekspektasiku. Kedua, aku tak mau dikalahkan dan keras hati, karena aku berfikir masih bisa menang meski dengan tangan kosong dan harapan tipis. Ketiga, aku bodoh! membiarkan permainan perasaan mengalahkan logika dan realita serta tak menghargai apa yang jadi pendapatnya. 

Dalam pesan singkatnya, dia pun berujar (mengulang statement yang pernah aku katakan dulu) "rela dan ikhlas akam membuat semuanya lebih baik." Oh my God, ternyata aku masih belum bisa menjadi orang yang ikhlas dan tulus, seperti yang aku upayakan selama perjalanan hidup ini. 

Pikiranku pun terbang jauh ke belakang, 5-10 tahun terakhir. Ternyata, sensitifitasku yang tinggi pernah membuat aku berantem dengan bos dan teman di kantor. Bahkan, beberapa kali dengan orang di rumah. Hal-hal yang dipermasalahkan pun sepele, dan sebenarnya bisa dipecahkan dengan mudah. Tapi parahnya, sensitif yang berlebihan dan keras kepala yang kumiliki ini tak kuhiraukan, malah kuanggap sebagai hal yang manusiawi. Ini adalah kebodohan yang terpelihara tanpa kusadari, sialan!!

Sahabat, maafkaan aku. Dari pertikaian ini, aku banyak belajar dan mengenal seperti apa diriku sebenarnya. Aku hanya berusaha menjadi yang terbaik bagi siapa saja, termasuk untuk dirimu. Kalau pun kamu marah besar dengan segala tuduhan yang aku lontarkan (karena tak berfikir rasional), itu wajar. Aku minta maaf. Semua ini murni aku yang salah, karena termakan perasaan sensitif yang berlebihan.

Sahabat, kamu telah memberi satu langkah pelajar berharga untuk menjadikan diriku lebih dewasa. Dewasa menerima semua kekalahan dan kesalahan, juga belajar untuk berdamai dengan kesalahan itu. Aku janji, selepas perang dingin, yang entah kapan berakhirnya, aku berusaha jadi orang yang lebih bisa mengontrol emosi dan perasaan. 


Untuk TYR, sahabat yang kubutuhkan dan kusayangi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar