Sabtu, 21 Juli 2012

J'adore fait la danse


Siapa bilang menari hanya pandai dilakukan oleh kaum hawa? Buktinya, delapan laki-laki berotot atletis mampu memukau sekitar 200 penonton di auditorium Sheraton Hotel Surabaya, Selasa (5/6/2012). Mereka menampilkan tarian kontemporer yang mengandalkan kecepatan gerak dan dinamika tubuh, serta kelenturan tangan yang mampu meliuk-liuk bak akrobat di arena sirkus.

"Keren banget," begitu riuh suara yang terdengar dari sejumlah penonton yang tak henti-hentinya memberi aplaus selama 5 menit, usai menyaksikan electro dance dari grup "Elektro Kif" yang dikoreograferi oleh Blanca Li.

Atraksi tarian yang berjalan sekitar 50 menit itu terbagi menjadi lima segmen yang saling bertautan, dan terangkai dengan apik tanpa ada kesan terputus. Properti yang dikunakan pun tak banyak, hanya delapan meja dan kursi belajar. Namun, dukungan tata lampu dan suara, mampu memberikan latar yang pas sesuai jalan cerita yang disuguhkan.

Segmen pertama, satu persatu penari muncul dengan menampilkan karakternya masing-masing sebagai delapan siswa. Ada karakter badung, modis dan tampil sok gaul, kutu buku, dan konyol, khas anak-anak di bangku SMA. Dari segmen ini, penonton langsung disuguhi koreografi kelenturan dan kecepatan mereka menggerakkan tangan, tanpa terselip atau "keserimpet". Aksi enam penari yang masing-masing berpasangan, menyatu membentuk sosok dwarf yang menari di atas meja, sempat membuat penonton tertawa.

Latar pun beralih ke lapangan basket. Atraksi bermain-menari basket tanpa bola, tidak terlihat aneh, tapi malah menari. Sebab, dentuman bola yang terpantul, disuarakan dari musik latar, diperagakan pas oleh penari-penarinya. Tak ketinggalan, aksi berantem pun dimunculkan oleh  dua penari yang memadukan ballet dgn electro dance.

Setelah lelah bermain basket, penonton digiring ke ruang kantin, dan berlanjut ke suasana ujian. Para penari mampu menghadirkan suasana ujian yang dipenuhi aksi-aksi mencontek. Tiap penari menunjukkan trik mencontek mereka masing-masing. Ada yang di bawah meja, sepatu, sampai ditulis di dada dan celana dalamnya. (Ckckckck..., kok mirip di sini yah!). Meja dan kursi mereka jadikan sarana untuk menari sekaligus bermain musik perkusi. Sederhana, tapi pas dan apik.

Menjelang segmen terakhir, seluruh penari bertelanjang dada dan membalutkan kausnya menjadi ikat kepala, sehingga terkesan seperti rombongan serdadu mesir. Apalagi, gaya tarian yang mereka tampilkan mirip tentara mesir yang muncul di video klip Michael Jackson, belasan tahun lalu.

Adegan terakhir yang ditampilkan delapan penari itu adalah aktivitas berselancar di internet. Gongnya, semua berkumpul di salah satu komputer siswa, yang sepertinya sedang membuka situs dewasa. Itu terlihat dari ekspresi dan gestur mereka yang tiba-tiba merapat dan bermimik sedikit mesum. Hehehehe..., gak di sini gak di sana, siswa emang pengen tahu kalau yang namanya situs dewasa, betul gak??

Tepuk tangan penonton pun akhirnya reda, setelah delapan penari itu, Jeremi Albberge, Khaled Abdulahi, Arnaud Bacharach, Roger Bepet, William Falla, Slate Hemedi, Alou Sidibe, dan Adrien Sissoko, meninggalkan panggung. "Mantab," begitulah kata penonton yang keluar dari ruangan auditorium itu, dalam rangkaian acara "printemps francais" yang digelar oleh Institut Francais Indonesia.
 

(tulisan ini aku comot dari notes di FB-ku yg aku tulis Juni lalu) 


-yuda thant-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar