Selasa, 21 Agustus 2012

Bidadari di Laguna Sempu

“Semangat, go go go..!!!” begitulah pekik Ayuck menyemangati dirinya sendiri akibat rasa letih yang menyergap. Meski berulang kali berhenti, memijat-mijat betis dan lutut yang rasanya mau rontok, gadis Bali bertato di betis ini tetap melaju menuju inti Pulau Sempu, yakni laguna Segara Anakan.


Yup, Pulau Sempu adalah babak kedua “perjalanan tiga hari MbambungpackeR.” Setelah terpuaskan mendaki kawah ijen, saatnya mandi matahari sambil berenang di segara anakan pulau sempu.

Dari kawah ijen, kami bertiga (aku, Ayuck, dan Amik) sepakat melanjutkan ide nekad ke pulau sempu. Berbekal sederet informasi dari sohibku (yang gak bisa ikut ke ijen), aku yakin bisa berpetualang di pulau kecil seluas sekitar 800 ha, yang terletak di Malang selatan. Kami pun meluncur dari Paltuding pukul 11.00 dan istirahat makan siang di Wonosari, Bondowoso. Rencananya, kami mau menumpang tidur di rumah teman di Jember, tepatnya di daerah Kencong, sekitar 50 km dari Kota Jember arah ke Lumajang.

Tapi, kenyataan berkata lain. Sekitar pukul 18.30 kami sampai di Kencong, menunggu teman Ayuck sekitar sejam di depan Masjid Kencong, dan kabar buruk pun tiba. Ternyata, rumah teman Ayuck lagi kedatangan banyak tamu, sehingga tidak ada tempat lagi untuk tidur. Kalaupun mau pasti empet-empetan kayak pindang, hehehe...

Alhasil, setelah melihat, menimbang, dan menyepakati, kami memutuskan tancap gas langsung ke Malang. Perhitungannya, dari Kencong kami potong jalur ke Tempeh, berhenti di Dampit (Malang), jaraknya sekitar 110 km. Itu berarti tiga jam perjalanan naik motor, dalam kondisi normla. Kami pilih Dampit karena memperkirakan jarak Dampit-Sendang Biru (pantai menuju pulau sempu) sekitar 55 km, tidak terlalu jauh. Pukul 19.30 kami tancap gas lagi, setelah di-dopping segelas kopi.

Sambil jalan, Amik mencoba berselancar di internet mencari penginapan murah yang bisa kita inapi. Hasilnya nihil. Perjalanan naik motor Kencong-Dampit pada malam hari lumayan menantang juga, terutama setelah Candipuro. Kabut tebal menyergap, jarak pandang memendek, laju motor harus sedikit dipelankan. “Kalau pagi hari sepertinya pemandangan di sini bagus deh,” ujar Ayuck yang sedikit kedinginan. Sempat berhenti makan mi di warung, kami lanjut lagi. Mata sudah terasa berat, tapi Dampit belum juga terlihat. Namun, kami sudah berbekal info hotel murah yang bisa diinapi dari penjual bensin eceran, 15 km sebelum kota Dampit. Hotelnya memang masuk dalam gang, tapi gak masalah, toh harganya murah meriah. Harga kamar ukuran 2x3 meter dibandrol Rp 60.000. Sekitar pukul 11.30 kami masuk hotel, dan langsung tidur di kamar masing-masing. 


 “Mas bro bangun, ayo bangun! Mandi lalu berangkat...” suara lantang Amik dari balik pintu, setelah mengetoknya beberapa kali. “Siap komandan,” jawabku sambil membuka pintu. 5 menit kemudian, alarm di hape bernyayi riang. “Saatnya mandi nih. Hmm, mandi gak yah? Gak usah deh, raup ama sikat gigi aja. Semalam kan sudah mandi, meski mandi bebek, hehehe...,” celotehku.

Setelah packing ulang dan memanasi kuda besiku, kami pamitan kepada pengelola Hotel Mutiara. Sekalian mengucapkan minal aidzin, berhubung hari itu memang hari pertama lebaran. Perhitungan kami tidak terlalu meleset. Dampit-Sendang Biru kami tempuh 2 jam. Jalanan yang naik turun dan sedikit curam memang membuat waktu perjalanan sedikit lama. Sekitar pukul 09.00 kami sampai di Sendang Biru.

Setelah membayar tiket masuk Rp 8.500/orang dan motor dikenai tarif Rp 2.000, kami lanjut ke pos konservasi pulau sempu untuk melapor. Sebenanrnya tidak ada biaya adminstrasi resmi, tapi turis sukarela untuk membayarnya. Pak Setyadi, petugas jaga waktu itu berpesan soal kondisi pulau, dan kewajiban turis soal membuang sampah. Pembahasan standar kalau kita berkunjung ke kawasan konservasi.

Untuk menyeberang ke sempu, harus naik perahu yang sewanya Rp 100.000 pulang-pergi. Aku teringat pesan sobatku. “Kalo cuma bertiga, nanti di sendang biru gabung ajah ama rombongan lain, supaya sewa perahunya murah.” Makanya, pas di pos, aku coba-coba iseng tanya ama rombongan kecil lainnya yang melapor. Akhirnya, aku kenalan dengan 2 rombongan yang mau ke pulau sempu. Rombongan pertama ada 4 orang, mereka dari Surabaya, yakni Johan, Rahayu, Tanti, dan Tomi. Sedangkan rombongan kedua ada 2 orang, yakni Lia dan Tami, dua gadis Batak yang tinggal di Jakarta. Kami pun sepakat sharing perahu, Rp 11.000 per orang.  

Pulau sempu sebenarnya tidak jauh jaraknya, kurang dari 1 km, sebab terlihat jelas dari sendang biru. Menyeberanginya tak sampai 15 menit, kami pun tiba di pantai yang dirambati pohon bakau. Begitu turun dari perahu, pemilik perahu berpesan. “Nanti kalau sudah mau balik, telpon saja mas. Mungkin agak jalan ke tengah, karena lautnya nanti sore surut,” ujar Pak Nugraha, pemilik kapal. (Karena jarak yang tak terlalu jauh dengan daratan, sebagain pulau sempu masih terjangkau sinyal. Tapi di sisi laguna segara anakan, blas gak ada sinyal)




Oke, petualangan pun dilanjutkan. Kami harus merambah hutan untuk sampai ke laguna. Ikuti jalan setapak, yang sudah banyak pijakan kakinya, pesan salah satu pemilik perahu sewaktu di sendang biru. Untungnya, (lagi-lagi untung..., kalau jadi pedagang pasti dah kaya raya nih aku, hehe..) ini musim kemarau, jadi medan lebih mudah dilalui. Jika musim hujan, sebagian hutan akan tergenang lumpur, sehingga lebih sulit dilewati. Tak heran, banyak fosil sepatu dan sandal milik turis-turis yang terbenam di hutan itu, bukti buruknya track yang dilalui saat musim hujan. Tingkat kesulitan track saat itu tergolong sedang, namun bagi orang tua mungkin sedikit sulit. Sebab, banyak rombongan keluarga yang datang ke sempu.

Kami sampai di laguna segara anakan, setelah 1,5 jam berjalan. Wuaaahhh..., bagai pantai di surga tersembunyi, begitulah kesan pertama saat mengagumi laguna segara anakan. Pantai berpasir putih dengan air birunya menggoda kami langsung nyemplung ke laguna itu. Tak mau kehabisan waktu, begitu meletakkan tas, aku langsung berlari menceburkan diri ke laguna. Yeaaahhhh..., akhirnya berenang juga di pantai, hahahaha...(Eiiittts, gak ada yang ngintip kan. Siapa tahu ada orang yang sengaja sembunyi nungguin kita mandi terus nyolong selendang kita supaya kita gak bisa balik ke khayangan.. #@*##$*!!@@&##!! "tepok jidat plus tepok pantat")

Setelah puas berenang, saatnya berburu foto indah. Untuk mendapatkan pemandangan laguna yang utuh, kita harus naik bukit karang di sisi selatan. Tapi untuk memotret karang bolong, liang masuknya air laut ke laguna, butuh perjuangan dan harus hati-hati. Tertulis tanda bahaya di karang bolong itu, agar turis lebih berhati-hati. Namun, pemandangan indah itu tak bertahan lama. Saat air laut surut, pemandangannya jadi kurang menarik. Dasar laguna di penuhi karang, dan airnya tak sebiru-hijau saat pertama kali kami datang. “Berarti kita tadi datang pas ya. Pas lautnya masih biru dan bagus. Tapi sekarang sudah gak bagus,” celetuk seorang dari kami.


Pukul 14.00 kami meninggalkan laguna, supaya sampai di tempat penjemputan pukul 15.30. Sebab, batas akhir penjemputan kapal adalah pukul 17.00. Jadi, kalau berniat ke sempu, sebaiknya datang pagi, agar tak rugi. Malah, kalau bisa menginap semalam. Banyak petualang yang camping di laguna, seperti dua orang petualang dari Jogja yang berpapasan saat menuju ke laguna. Oh ya, hati-hati dengan karang yang tajam, dan jangan salah pakai kostum yah. Ini pulau sempu bro, bukan mal..!! Gunakan baju santai, juga baju ganti, sandal/sepatu gunung, dan topi. Sediakan pula air minum, dan bekal snack/makanan yang cukup biar gak kelaparan setelah jalan jauh, hehe..

-yuda thant-



3 komentar:

  1. wuidihh....tob markotob....kita beruntung loh awannya dpt biru temen2 ku bnykan mendung..seruuu ...aku baru sampai jakarta neh...rabu 22 agust 12...thanks ya bersyukur bgt bergabung di grup ini td nya ragu ada nga ya orang lebaran ke sempu ternyata sumringah seru ketemu kalian ..... btw email ayu dan ami?...siapa tau next destination mau ke menjangan Amed..balii....thanks Timmy God bless u all..

    BalasHapus
  2. sip..., ntar kita atur2 lagi jalan2 gilanya bareng temen2 yg lain. kalo ke surabaya mampir yah, soalnya banyak makanan enak lho di sini, hehe..

    BalasHapus
  3. nice infoo...Mbambungpacker :), Cemunguut!!!!

    BalasHapus