Kamis, 08 November 2012

Dikhianati SkyFall




Jadi si M itu ibunya Silas, si penjahat itu ya?” tanya Dyan. “Bukan. Dia itu dulu anak buahnya yang setia banget sama si M. Tapi pas dia tertangkap, malah gak ditolong atau dibelain ama si M, malah dicuekin, sampai-sampai si Silva makan kapsul sianida,” jawab Fika semangat. “Tapi kenapa kok si penjahatnya (Silva) nyebut si M itu mother sih?” tanya Dyan lagi masih penasaran. “Itu kan karena si Silas udah anggap si M kayak ibunya sendiri,” Fika menjelaskan. 

Iya betul. Kasusnya sama kayak si Bond yang di awal film itu lho. Bond kan sempet kecewa ama si M, gara-gara partner nya disuruh nembak (situasinya Bond dan musuhnya sedang berkelahi di atas gerbong yang berjalan), padahal dikit lagi Bond bisa menghabisi si penjahat. Makanya, dia gak mau segera balik ke markas padahal di kan selamat. Soalnya dia merasa dikhianati,” aku memberi penjelasan tambahan. 


“Oh iya iya... Tapi sayang ah, bagian ending film nya kurang seru. Yang seru malah di awal-awal. Kurang gimana ya..,” ujar Dyan sedikit kecewa dengan pungkasan cerita Film James Bond ke 23, berjudul Skyfall, yang baru saja kami tonton Senin siang itu, selepas dari kampus. Begitulan komentar-komentar kami berlima di dalam mobil selepas keluar dari bioskop yang terletak di salah satu mall pusat Kota Surabaya. “Kita kok seperti lagi bikin critical apppraisal, tugas dari Prof Wid ya? Mengkritisi film seperti mengkritisi jurnal penelitian dengan segala teori-teori ilmiah,” celetuk Fika. Hahahahaha..., semua tertawa mengamini. “Oohh... Prof Wid, dirimu telah menghantui kami,” tambahku. (Prof Wid, kalau baca ini jangan ngambek yah. "Menghantuinya" dalam arti yang positif kok, hehehe..)
 
Memang asyik kalau selepas nonton terus ada kesempatan diskusi dan mengkritsi filmnya. Biar bukan kritisku sejati, tapi ajang komen dan diskusi ini adalah cara agar kita tetap dan selalu berpikir kritis. Kesimpulan sederhana yang aku peroleh setelah menonton film berdurasi 2 jam lebih ini adalah ada misi khusus yang ingin ditampilkan pembuatnya, yakni mengganti “suasana” Bond yang sudah baku selama ini. 

Sebenarnya soal kebakuan ini sudah ditabrak sejak Daniel Craig yang “cadas” menggantikan Pierce Brosnan, yang berkesan flamboyan dan klimis, sebagai James Bond. Karakter Bond yang flamboyan itu sudah bertahan lebih dari 40 tahun sejak diperankan oleh aktor-aktor sebelumnya, Roger Moore, Timothy Dalton, dan Sean Connery. 

Jika dulu, markas M16 berada di jantung kota London, kini beralih ke ruang bawah tanah peninggalan abad 17. Si bos besar, perempuan bertangan dingin, M yang diperankan Judy Dench selama 7 film berturut-turut, digantikan oleh Ralph Fiennes, yang nama karakter di filmnya juga berawalan dengan huruf M (Mallory). 

Demikian pula Mr Q, tuan jenius pembuat alat-alat canggih yang selama ini dikarakterkan dengan sosok pria tua yang sedikit lucu dan satir, kini dibuat lebih segar namun agak kikuk (sedikit cakep ala-ala British Boy). Sedangkan Miss Penny, sekretaris M, yang biasanya adalah gadis cantik berambut pirang, kini bermetamorfosa menjadi gadis Afro yang keseksiannya tetap dipertahankan.

Sakit hati

Menurut aku, tema dasar film yang lagu soundtrack-nya dinyanyikan oleh Adele, ini adalah betapa tipisnya nilai kesetiaan dan penghianatan. Kesetian yang termaksud dalam film ini, loyalitas seorang agen kepada bos dan negaranya. Sedangkan penghianatan itu disuguhkan melalui rasa kecewa mendalam seorang agen terbaik kepada mantan bosnya, yang telah dianggap seperti ibunya sendiri. 

“Itu mengapa agen yang terkuat adalah yang berasal dari anak yatim piatu,” – salah satu ucapan M dalam dialognya bersama Bond. 

Pengkhianatan. Siapa yang ingin dikhianati? Tidak ada satu pun dari kita yang ingin mengalami situasi tersebut. Dikhianati sahabat, rekan kerja, kekasih, atau malah saudara sendiri. Kepercayaan dan kesetian yang dibangun susah payah tiba-tiba dicurangi, tanpa persetujuan, bermotif cenderung merugikan kita, dan membuat perasaan/fisik kita terluka. Rasanya seperti ditikam dengan belati dari belakang. 

Bagi yang merasa dikhianati pasti sakitnya minta ampun, bahkan bisa menimbulkan dendam dan kebencian yang sangat, bahkan berhasrat untuk membalas kesakitan itu pada orang atau pihak yang mengkhianatinya. Namun, dibalik pengkhianatan itu, pasti ada alasannya. Entah itu alasan baik, atau alasan jahat dari si pengkhianat. Di film ini, M berusaha bertindak yang terbaik bagi M16. Dia memilih tidak membebaskan Silva karena si agen dinilai telah bersalah, dan ada tebusan pengganti, yakni 6 agen lainnya dibebaskan. Demikian juga ketika M memutuskan agar Eve tetap menembak meski sasaran tembaknya belum jelas. 

Begitu pula seorang laki-laki yang mengkhianati kekasihnya, pasti ada alasan dibaliknya. Mungkin saja, ada perselisihan yang belum tuntas dan saling membesarkan ego masing-masing, atau malah ketidakcocokan dari awal yang meledak pada akhirnya. Teman atau rekan yang berkhianat, mungkin jika di lingkungan (kantor/grup) membuatnya tidak nyaman, terintimidasi, atau tersiksa yang disebabkan pihak internal dari grup itu, misalnya saja pemain bola yang pindah ke kubu lawan. Atau memang, si pengkhianat memiliki maksud dan sifat buruk terhadap pihak yang dikhianatinya. Bisa aja duit, balas dendam, dan kepuasan, itu jadi motifnya. 

Kamu pasti pernah berkhianat? Iya kan? Jujur aja deh... Sekali dalam hidup, meski skalanya kecil, pengkhianatan pernah kita lakukan. Atau malah sering dikhianati?? Waduh, amit-amit jabang monyet deh, jangan sampai ya. Apalagi kalau cintanya yang berkhianat. (hmm.., kok mirip salah satu kalimat dalam lagu “butiran debu” yah?!?). 

Oke, nasi sudah jadi bubur ayam (tiba-tiba kangen ama bubur ayam di Bandung). Kalau pernah berkhianat, jangan diulangi lagi ya, atau dilakukan sering-sering, nanti dosanya malah numpuk. And than, sempetin minta maaf sama orang yang sudah merasa tersakiti. Nah, kalau merasa dikhianati, jangan dendam. Anggap ajah lu lagi apes/sial. Maafin aja kesalahan dia, dan hapuskan dendam yang sempat menumpuk dan berkecamuk dalam hatimu (ciyeeee...), dari pada si dendam malah bikin kolesterol dan jantung koroner, hehe.. 

Intinya, ya bubur ayam Bandung itu tadi. Yang lewat biarlah lewat, yang penting ke depan jangan sampai kejadian lagi. Waswaslah..., waswaslah..., waswaslah...!! (hehehe..)

-yuda thant-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar