Senin, 18 Februari 2013

Erie, Ibu Hamil juga Butuh Yodium Lho

"Kapan perkiraan lahirnya Er?" aku bertanya kepada Erie, istri sahabatku. "Perkiraannya akhir Maret," jawabnya. "Lalu sudah ada nama buat si calon baby belum?" tanya ku lagi. "Hehe.., belum. Tapi, sudah ada sih," timpalnya dengan sedikit ragu. 

Obrolan ringan itu meluncur saat kami bertemu dalam pesta pernikahan salah satu sahabat kami, Sabtu (16/2/13) malam lalu. Dengan busana warna pink-nya, Erie terlihat seperti seorang ibu yang dengan sabar menanti kehadiran buah hatinya ke dunia. "Baby Luth @ 33 weeks" begitu tulisnya pada status wazap. Ohya, Luth adalah nama suaminya, teman satu genk dulu jaman SMA. 

Ada yang pernah bilang kepadaku, seorang ibu hamil akan terlihat lebih cantik dari biasanya. Benar gak sih? Tapi yang jelas, menurutku, ibu hamil adalah seorang pejuang yang sedang mempertaruhkan nyawa dia dalam sebuah garis kehidupan. Mengapa? karena risiko kematian yang ada dihadapannya sangatlah besar. Salah satunya adalah kematian akibat pendarahan yang dipicu oleh anemia atau keguguran akibat kekurangan zat yodium. 

Ngomongin soal zat yodium, yang biasa kita peroleh dari garam, memang sepele. Tapi jika kekurang zat gizi ini, bisa berakibat buruk bagi ibu yang sedang hamil atupun menyusui. Efeknya bukan saja kepada si ibu, tapi juga kepada si jabang bayi yang dikandungnya. Selain penyakit gondok, kekurangan yodium pada ibu hamil akan memunculkan risiko keguguran hingga tumbuhnya sel kanker. Sementara janin yang dikandungnya bisa lahir mati, keterbelakangan mental, dan gangguan psikomotor. 

Akibat si ibu kekurangan asupan yodium, dampaknya pada janin yang terparah adalah kematian pada bayi atau cacat bawaan karena pertumbuhan janin dipengaruhi jumlah/kadar yodium dalam tubuh ibu. Kekurangan yodium sangat memengaruhi tumbuh dan kembang anak selanjutnya, terutama otak janin, tak jarang bayi lahir dengan berat badan rendah atau BBLR. 

Semua gangguan kesehatan atau penyakit yang disebutkan di atas termasuk GAKY, gangguan akibat kekurangan yodium. Boleh dibilang, GAKY adalah masalah serius di Indonesia, karena hal ini terkait dengan kualitas sumber daya manusia Indoneisa masa depan. Sebab, dampak GAKY adalah munculnya keterbelakangan mental dan menurunnya kecerdasan anak. Jika dibiarkan, besar kemungkinan kualitas manusia Indonesia akan jauh tertinggal dengan negara-negara tetangganya. Penduduk yang tinggal di daerah rawan GAKY kehilangan IQ sebesar 13,5 poin lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang cukup pasokan yodium.

Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995, satu dari tiga ibu hamil berisiko kekurangan yodium. Angka itu terkoneksi dengan realita kematian ibu dan bayi di Indonesia. Sampai tahun 2010, angka kematian ibu masih 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan kematian bayi masih 25 per 1.000 bayi lahir hidup. Angkanya jauh di atas pencapaian negara tetangga, seperti di Malaysia, AKI hanya 29 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB hanya 6 per 1.000 bayi lahir hidup. Demikian pula di Thailand dengan pencapaian AKI 48 per 100.000 lahir hidup dan AKB 11 per 1.000 bayi lahir hidup.  

Kebutuhan yodium tiap manusia berbeda-beda, bergantung usia, tempat tinggal (domisili), dan siklus hidup manusia yang bersangkutan. Menurut Hetzel (1989), kebutuhan normal yodium intake harian orang dewasa adalah sekitar 100-150 mikrogram. Di Indonesia, untuk bayi (0-12 bulan) kecukupan yodium yang dianjurkan 50 mikrogram/hari, anak-anak (2-6 tahun) kebutuhannya 90 mikrogram/hari, sedangkan anak usia sekolah (7-12 tahun) dianjurkan 120 mikrogram/hari. Adapun orang dewasa normal, (di atas 12 tahun) kebutuhannya 150 mikrogram/hari. 

Sementara bagi ibu hamil dan ibu menyusui, masing-masing harus tercukupi asupan yodium sebanyak 175 mikrogram/hari dan 200 mikrogram/hari. Orang yang mengonsumsi kurang dari 50 mikrogram/hari berarti berisiko untuk berkembang menjadi goiter (pembesaran kelenjar tiroid). Tambahan yodium pada ibu hamil sebagian dipakai untuk keperluan aktivitas kelenjar tiroid dan sebagian lagi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, khususnya perkembangan otak janin. 

Ternyata, asupan garam, terutama yang bertodium, itu penting bagi ibu hamil. Mulai dari trimester pertama sampai yang ketiga. Seringnya, ibu-ibu takut makan garam saat hamil, karena khawatir garam bisa memicu darah tinggi atau pre-eklamsia. Sebenarnya gak ada yang perlu ditakutkan atau diresahkan asal saat mengonsumsi garam maupun zat gizi lainnya dilakukan dengan seimbang dan tidak berlebihan alias lebay. 

Jadi rie, garam itu penting juga lho buat kamu maupun buat baby kamu. Terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan otak juga psikomotor si baby. Nah, kalo gak punya riwayat darah tinggi, jangan khawatir deh mengonsumsi garam. Tapi ingat lho, yang beryodium. Karena zat yodium yang kamu butuhin. 
 
-yuda thant-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar