Jumat, 12 Oktober 2012

Apabila Esok Datang



Sering kali kita dihadapkan pada pertanyaan yang sulit atau belum bisa kita jawab. Namun, kita yakin bahwa kita tidak salah langkah. Sebab, kita mengikuti apa kata hati, naluri, dan apa yang sebenarnya diinginkan.  Bukan mengikuti apa kemauan orang lain atas diri kita.

Lho.., lu kok masuk (fakultas) kesehatan masyarakat sih? Emangnya mau jadi apa nanti? Dulu lu kan anak lulusan (fakultas) politik. Terus lu sempat kerja di media. Nah kok tiba-tiba masuk kesmas. Gak nyambung kali jek..!!” ujar beberapa teman yang terkejut mengetahui kalo aku mengambil kuliah S2 di fak. kesmas.

Aku mau jadi menteri kesehatan, gantiin (alm) bu menteri endang rahayu sedyaningsih. Dia kan dulu dari kesmas juga S2-nya, hehehe...” jawabku asal-asalan.

Dulu, aku pun tidak pernah terfikir untuk masuk ke fak.kesmas. Tapi, sejalan dengan perjalanan hidup, ada sesuatu yang menarik sehingga tiba-tiba aku berniat “mencemplungkan” diri dalam dunia kesehatan. Mengutip kata dosen di kampus; tiap sikap dan perilaku itu pasti didasari oleh keingan dan motif. Dan motif itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pengalaman hidup dan lingkungan.

Lagi-lagi, ini soal pilihan hidup. Banyak kok lulusan pertanian dan ilmu botani dari IPB yang sukses jadi bankir di bank-bank nasional. Sarjana hukum malah mumpuni sebagai marketer di perusahaan-perusahaan bonafide. Gak selalu apa yang jadi pilihan awal akan menjadi penentu sukses di akhir. Semua itu berjalan sesuai proses, serta keinginan keras dan keyakinan kita memilihnya. Semuanya bisa berubah di tengah jalan, karena banyak persimpangan yang harus kita pilih salah satu.

Bicara soal keberanian memilih atau berani mengubah hidup yang sedang kita jalani. Ada buku menarik tulisan Peter O’Connor, yang aku baca minggu lalu. Sebuah buku saku, model 2-in-1, yakni dua cerita yang disatukan dalam satu buku. Cerita pertama (“when tomorrow comes”/gerhana terakhir) dimuali dari cover depan, sedangkan cerita kedua (“seeking daylight’s end”/mengejar matahari) dimylai dari cover belakang. Unik. Meski bukunya kecil dan cerita yang disuguhkan itu ringan, tapi isinya mendalam dan memotivasi untuk bertahan dan selalu yakin pada pilihan kita. 


Beberapa puisi singkat dan nasihat dari buku diary Joseph yang dihibahkan kepada cucunya, Sarah, itu penuh dengan pencerahan bagi kita yang menyimak buku ini.  Terutama bagi yang sedang bimbang dengan jalan hidup yang sedang dipijak. Joseph menyemangati Sarah yang selama ini hidup dengan bayang-batang orang lain, bukan bayang-bayangnya sendiri. Joseph membuka cakrawala pikir Sarah, menunjukkan dunia yang harusnya dia pilih, dan mengajaknya mencicipinya.
 
Dalam buku ini, kita diajak untuk tidak takut pada kegagalan ataupun kesalahan, karena dari situlah kita belajar hal baru untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, dan lebih kita inginkan. Ini adalah puisi yang apik dari diary Joseph:

Pikirku, aku butuh kebebasan
Tapi kata orang, aku butuh pengarahan.
Pikirku, aku bisa membuat pilihan sendiri
Tapi kata orang, aku punya kewajiban
Pikirku, seharusnya aku mengikuti impianku
Tapi kata, orang aku harus mengikuti peraturan

Nah kalo yang ini, beberapa kalimat yang tertulis dalam diary Joseph, 

Akan selalu ada hal-hal yang tak mampu kau kendalikan, tapi kau baru benar-benar gagal kalau kau membiarkan hal-hal ini mencegahmu mencoba. Kalau kau tak pernah mengambil resiko, kau pun takkan pernah mencapai apa-apa. Lebih baik mencoba dan gagal, daripada takut mencoba.

Ada orang yang menghabiskan hidup tanpa pernah sekali pun mencoba melakukan hal-hal baru, karena mereka takut gagal. Yang tidak mereka sadari adalah, walaupun orang pemberani tidak hidup abadi, orang yang selalu berhati-hati malahan tidak pernah hidup sama sekali.

Ingatlah apa yang kaucari dari hidup ini, dan teruslah maju ke arah tujuan itu. Hanya kau yang punya kuasa untuk meraihnya, atau membuat dirimu sendiri gagal.

“Yang penting bukan berapa lama kita hidup. Tapi hidup yang bagaimana yang telah kita jalani. Dan aku beruntung sudah menjalni hidup (yang panjang dan) mengasyikkan. Tak ada yang kusesali.”

***

Sedangkan cerita kedua, berkisah tentang Talan, seekor elang muda yang penasaran melihat matahari tenggelam di telan samudera. Elang muda ini harus bersusah payah melintasi pegunungan es, gurun, pemukiman penduduk, juga rintangan cuaca ekstrem dan kelaparan untuk melihat sendiri “dongeng” yang dikisahkan oleh seekor elang tua yang bijaksana. 

Untuk mencapai keinginan yang dianggap mustahil dan ditabukan oleh klan (kelompok)-nya, Talan berulang kali ingin menyerah dan merasa putus asa. Namun, dia mencoba mendengarkan bisikan “angin” yang merupakan suara hatinya yang paling dalam. Dalam menempuh perjalanan, Talan tak sekadar melampiaskan hasrat besar dan egoisme jiwa mudanya. Dia harus berpikir dan bersikap cerdas menghadapi kesulitan dan rintangan selama perjalanan. Karena dia yakin, pasti ada jalan terang bagi yang mau berusaha keras.

Tujuan apa yang menggerakakkan hidupmu? Tujuanmu sendirikah, atau tujuan orang lain?

Siapa pun bisa berani membayangkan hal yang luar biasa, tapi hanya sedikit yang benar-benar luar biasa sehingga berani mencoba melakukannya.

Keberanian lahir dari kekuatan untuk percaya pada dirimu sendiri, meski tak ada orang lain yang percaya padamu. Hadapi rasa takutmu dan lakukan apa yang harus kaulakukan. Jangan sampai rasa takut menghalangimu hidup.

Jangan pernah putus asa dalam menggapai impianmu, karena hanya ada satu orang yang bisa menghentikanmu, yaitu dirimu sendiri. Ingat! Kalau kaupikir kau akan gagal, kau pasti akan gagal. Mereka yang percaya sesuatu itu mustahil, akan selalu mendapati hal itu memang mustahil. Tapi mereka yang percaya tidak ada yang mustahil, akan selalu menemukan jalan.

Ketika rasa putus asa menghancurkan semangatmu dan keletihan menjerat tubuhmu, satu-satunya pilihanmu adalah meneruskan perjalanan, meski tampaknya kau pasti gagal, karena hanya pada saat itulah kau punya kesempatan untuk berhasil.

Kembali lagi pada pertanyaan beberapa teman dan mantan rekan kerja-ku. “Kok kamu pilih fak.kesmas? Nanti kamu mau kerja dimana?” Hehehe..., dengan modal tulisan Peter O’Connor, pasti kalian bisa menyimpulkan sendiri. Akan lari kemana kita? Asalkan yakin pada pilihan, maka yang terlihat mustahil dan tak mungkin, bisa jadi mungkin dan terwujud bila kita sendiri yakin itu nanti akan terwujud. Jadi, tetaplah semangat dan yakinlah dengan pilihan hidupmu. Jangan ragu dan menyerah di tengah jalan teman...


-yuda thant- 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar