Minggu, 20 Juli 2014

Durian atau Kedondong? What Ever!

Sudah beberapa bulan ini aku menghilang dari jagad maya blogger. Bukan maksud hati seperti itu, tapi apa lah daya, semua ini karena semua tenaga terkuras oleh yang namanya tugas akhir kuliah..., oh nasib jadi mahasiswa..., akhirnya, jadwal untuk mengunjungi salah satu “pondok” ku di dunia maya ini pun tak pernah terealisasi. Anyway, saatnya mulai kembali berkarya di pondok ini. Enjoy your day guys..


“apa yang kaulihat, bukanlah fakta yang akan kau dapat"

Di sela-sela mengurus perizinan riset tugas akhirku di Bojonegoro, aku mendapatkan sebuah ilmu. Sebenarnya sih bukan ilmu baru, tapi ilmu ini dituturkan langsung dari pengalaman hidup seseorang. Pak Yono, begitu lelaki yang kini berusia 58 ini biasa dipanggil, yang menceritakan filosofi durian dan kedondong.
"Kalau orang lihat saya pertama kali itu (kesannya) pasti galak, jahat, kereng, dan gak enak pokoknya. Tapi, orang pasti akan tahu lebih kalau sudah kenal saya. Saya gak suka yang namanya bermanis-manis kalau ada orang (yang baru dikenal). Apa adanya saja," omong dia dengan lugas.
Dalam hati aku membatin. "Ohh.., pantas aja, pas tadi pertama ketemu mukanya galak amat. Gak ramah. Untung ajah tadi aku cuek-cuek monyet, anggap gak tau apa-apa, jadi gak merasa sewot meski Pak Yono pasang muka satpam, hehehe..."

Tapi, setelah sejam lebih ngobrol ngalor ngidul, Pak Yono, yang mantan pegawai dinas pendidikan ini pun mencair. Dia malah cerita perjalanan hidupnya dari pegawai honorer, sampai akhirnya kini menjabat kepala desa yang baru dilantik 11 bulan lalu. Dia juga bercerita tentang keragaman adat yang seharusnya tidak dikotori dengan konflik kepentingan. Serta, kekaguman dia dengan Bali, my encester island.
Kembali lagi soal durian dan kedondong. Baginya, berperilaku seperti durian lebih penting dari pada menjadi kedondong. Dia lebih suka menunjukkan hal-hal yang "pedas" di awal pertemanan. Dia akan melihatkan sisi jelek lebih dulu dan bersikap tegas untuk mendasari hubungan kerja sama. Setelah orang tahu sisi negatifnya, dia akan menyuguhkan sisi positif, koperatif, dan faedah yang ada dalam dirinya. Ibaratnya, orang bisa menikmati legitnya isi buah durian saat bekerja sama dengannya.
Kebalikan durian adalah kedondong. Orang macam ini adalah orang yang selalu tampak baik, tulus, dan menyenangkan. Tapi, di belakang dia malah menjelek-jelekkan dan menikam kita. (Kalo kamu tanya, emang ada orang semacam ini? Aku jawab, banyak! Tentunya dengan kadar yang beda-beda.)
Buah kedondong itu kan mulus kulitnya, kata Pak Yono. Warnanya hijau segar, menggoda untuk dinikmati. Namun setelah dikupas, rasa buahnya yang manis kecut, sering kali membuat dahi kita mengernyit, mata kita menyipit, dan lidah kita mengecap-ecap menahan rasa kecut. Belum lagi biji buah ini yang "berurat-akar" yang membuat kenikmatan makan kita menjadi tercakar-cakar. 


Durian dan kedondong, adalah sebuah filosofi ringan tentang gambaran watak seseorang yang mengorbit di sekeliling kita. Bisa jadi, teman sebangku atau teman yang sering hang out dengan kita itu durian atau kedondong murni, atau malah bukan durian tulen atau kedondong tulen. Sebab, kadar durian dan kedondong tiap orang berbeda-beda. Ada yang KW 1, KW 2, sampai KW 3.
Kalau sudah tau ternyata teman, sohib, bahkan pacar kita itu ternyata kedondong atau durian, so what? Bahkan ternyata diri kita sendiri adalah kedondong atau durian, what next? 
Sejatinya, dengan tahu apa karakter orang lain sebenarnya, hal ini akan menentukan bagaimana kita menyikapi perilaku mereka. Misalnya nih, kalau kamu ketemu dengan kedondong, kamu bakal lebih aware atau waspada. Sebab, siapa tahu yang diomongin tuh kedondong it's not a 100% true, or s/he has another agenda behind you that might harm you.
Di lain waktu, pas kamu ketemu sama durian, jangan anggap semua yang dia lakukan itu maksudnya untuk menyakiti atau melukai perasaanmu. Karena, dia berbuat tegas, keras, dan judas pasti punya tujuan baik buat kamu. Misalnya saja dia mau supaya kamu lebih disiplin, serius, dan bisa bertanggung jawab. Karena aku pernah punya pengalaman pribadi dengan durian, yaitu dengan mantan bosku.
Dia galak banget kalo sudah urusan kerja, semua bakal dimarahin habis-habisan kalo ada yang tidak perfect. Semua orang pasti takut kalo ada telpon dari nomornya, atau dari mejanya. Belum angkat telpon itu sudah panas dingin duluan. Tapi, dengan berjalannya waktu, aku pun tahu apa tujuan dia di balik itu semua. Dia ingin aku bisa menulis dengan baik. (Terima kasih ya Mas HRD, you are my exelent and idol guru).

Durian atau kedondong? What ever! Selama dia dan kamu bisa kerja sama simbiosis mutualisme, gak ada salahnya kan. Selama kalian harmonis dan sama-sama merasakan manis, maka tetaplah optimis bahwa hubungan kalian tidak meninggalkan tangis. Let's enjoy our life with a plenty of good things.  

"Pak, saya pamit dulu, terima kasih waktunya ya Pak." 
"Oh gak apa-apa mas. Nanti kapan-kapan kalau penelitiannya sudah selesai, mampir main-main ke sini lagi yah," ujar Pak Yono penuh keramahan khas orang desa. 

@yudathant

Tidak ada komentar:

Posting Komentar