Sabtu, 20 April 2013

Kalo Bisa Sekarang, Kenapa Harus Nanti?


Sebulan terakhir, tugas kampus rasanya menumpuk seperti gundukan bata di toko bangunan. Bertubi-tubi datang gak karuan. Satu belum selesai, eh.., datang lagi tugas berikutnya. Mulai dari tugas baca sampai bikin paper dan presentasi. Wuuiihh..., ini namanya kuliah.
Sudah tahu bakal ada tugas-tugas lain, tapi rasanya kok malas yah ngerjain tugas yang sudah dikasih sama dosen. “Ah, bentar aja deh... Besok aja... Sekarang mau maen dulu, lumayan ada yang ngajak jalan-jalan,” godaan puun muncul mencuri perhatian.
Kebiasaan seperti ini gak cuman sekali-dua kali kejadian. Sering banget, malah sudah jadi habbit yang susah dihilangkan. Dan ternyata, bukan cuman aku doang yang punya kelakuan buruk suka menunda pekerjaan. Hampir semua teman yang aku kenal doyan juga mengantre-kan pekerjaan dan tugas yang jadi tanggungjawabnya.


Kenapa ya..? Kok senang banget aku menunda-nunda pekerjaan? Bisa gak kebiasaan ini dihilangkan..?


Aku sadar betul, salah satu kelemahanku adalah suka menunda pekerjaan atau istilah kerennya procratination. Istilah prokrastinasi bisa diartikan menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan, walaupun mengetahui bahwa penundaan tersebut dapat menghasilkan dampak buruk. Dalam artian lain, menunda mengerjakan tugas tanpa mempermasalahkan tujuan dan alasan penundaan.
Kebiasaan prokrastinasi kerap menimbulkan sensasi zona kenyamanan bersifat sesaat bagi orang yang melakukan penundaan, meski akhirnya akan berdampak buruk pada dirinya maupun lingkungannya. Dalam dunia pendidikan, menurut Dra Sulis Mariyanti M.Psi, tanda-tanda prokrastinasi pada diri seorang pelajar atau mahasiswa bisa dilihat seperti antara lain: menunda memulai tugas yang didapatkannya; terlambat menyelesaikan tugas karena melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan; melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada tugas yang dikerjakan.
Tabiat malas adalah awal dari kebiasaan menunda pekerjaan, jika hal ini tetap dipelihara maka pekerjaan yang seharusnya dikerjakan akan menumpuk dan tidak terselesaikan. Katanya, orang yang suka menunda pekerjaan tidak punya daftar prioritas pekerjaan, sehingga tidak tahu atau bingung mana yang harus diselesaikan lebih dulu. Jadinya, tidak cepat merespon tugasnya.
Pekerjaan yang menumpuk atau overload dan sibuk, kadang menyebabkan seseorang bingung harus menyelesaikan tugas mana lebih dulu, sehingga memilih menundanya. Kenyataan lainnya, orang menunda pekerjaan karena mengentengkan tugas yang dibebankan kepadanya. Secara personal, ada beberapa faktor penyebab seseorang menjadi prokrastinator, diantaranya keyakinan yang salah, takut gagal, dan perfeksionis.
Aku ngerasa gak bisa mengerjakan sesuatu jika tidak mendapat tekanan, dalam hal  ini deadline, jadinya gak aneh kalau pekerjaan sementara dibiarkan di atas meja. Kadang, karena takut hasil yang dibuat tidak bagus atau menuntut produk akhir yang terbaik, dan gak menyukai pekerjaan yang diterimanya, seseorang memilih menghindarinya. Satu lagi adalah kebiasaan terburu-buru, yang membuat seorang prokrastinator suka mengalihkan fokusnya pada hal lain yang lebih menyenangkan dirinya atau disukai.
Faktor eksternal, dari luar diri kita, kadang juga memicu seseorang memilih menunda pekerjaanya. Seperti ada masalah lain yang tiba-tiba muncul, cuaca buruk, acara hiburan yang menarik yang ditayangkan di media televisi, bioskop, dan pertunjukan out door. Lemahnya pengawasan dan gak ada hukuman dari pihak yang lebih tinggi statusnya, juga menjadikan kita tidak segera mengerjakan tugasnya.
Motivasi yang rendah didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang tidak kondusif, akan membuat seseorang tetap bertahan pada kebiasaannya menunda pekerjaan. Padahal, dengan menunda pekerjaan, banyak hal penting, kesempatan atau keuntungan yang terpaksa kita lewatkan. Misalnya, karena gak segera mengerjakan PR, terpaksa deh begadang semalaman, terus besok paginya bangun kesiangan, telat masuk ke kampus, dan seterusnya.
Nah, kalau kita mau mengubah kebiasaan jelek ini bisa gak ya? Hehehe.., pasti bisa lah. Tapi yang jelas butuh pengorbanan dan kudu telaten alias sabar. Mulai dari yang paling gampang, yakni bikin daftar pekerjaan yang harus diselesaikan. Setiap ada pekerjaan, segera tulis dalam daftar, sertakan pula kapan pekerjaan itu harus diselesaikan atau dikumpulkan. Kalau perlu, masukkan pula target dari pekerjaan itu dalam daftar. Misalnya, tugas makalah komunikasi marketing à dikumpulkan seminggu lagi à target nilai A.
Karena kita sudah menentukan target waktu, maka sebaiknya kita bisa memanajemen waktu yang tersedia dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Selanjutnya, buat komitmen pada diri sendiri bahwa kita harus menyelesaikan pekerjaan itu tepat waktu, jika mungkin malah sebelum waktunya habis. Jika tugas yang kita dapatkan itu hal yang tidak disukai, jangan anggap sebagai beban, tapi harus dipahami sebagai tanggung jawab. Malah, kalau bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan agar terasa lebih ringan dan mudah.
Gak jarang, kita malah mengentengkan pekerjaan yang itu dengan dalih bahwa kerjaan itu sudah biasa melakukan, tidak susah, tahu cara cepatnya, atau waktunya masih lama. Oleh karena itu, yakinkan diri segera mengerjakannya karena ada kemungkinan muncul pekerjaan-pekerjaan lain yang bebannya atau tingkatnya lebih sulit.

-yudathant- 

Minggu, 14 April 2013

Haus itu Awal Dehidrasi

   Di kelas Gizi seminggu lalu, Ibu Ike, dosen terbang dari ITB, membahas mengenai kecukupan gizi dan cara mengukur asupan gizi yang kita konsumsi. Salah satu dari sumber gizi yang sering dilupakan adalah air. Sebab, umumnya sejak duduk di bangku sekolah dasar, kita hanya dikenalkan dengan lima sumber gizi yang pokok, yakni karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Air sering dilupakan. Padahal, sering dibilang, "jangan lupa minum susu, supaya makanan kita itu selalu empat sehat lima sempurna." 

   Ibu Ike mengatakan, air adalah sumber gizi paling dasar yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Oleh karena itu, dalam piraminda makanan pokok, air berada di posisi paling dasar. Itu wajar saja, karena diperkirakan 60 persen tubuh kita terdiri dari cairan, dan semua organ tubuh kita bergantung pada air. Seperti contoh untuk mengedarkan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh, atau sebagai alat transportasi, juga untuk melembabkan tubuh kita. 

   Makanya, tidak heran jika saat tubuh kekurangan cairan, kita akan merasa kehausana. Malah, jika sudah sangat kekurangan air, maka bakal terjadi dehidrasi, atau tubuh tidak dapat menjalankan fungsinya dengan normal karena kehilangan banyak cairan. "Jadi, kalau kamu Anda haus, itu berarti tanda-tanda tubuh Anda mengalami dehidrasi ringan," ujarnya mengingatkan. 

   Wajarlah setiap hari kita butuh "suntikan" cairan, karena air yang kita minum secara otomatis akan disekresikan tubuh melalui keringat, urine, sampai air mata dan ingus yang meleleh dari hidung mancung kita. (maaf, yang merasa pesek, gak usah tersinggung ya, hehehe..). Sehingga, saban hari kita tidak boleh kekurangan cairan, paling tidak kita harus minum minimal delapan gelas. Itu setara dengan 2 liter air. Ohya.., kalo soal 8 gelas per hari minum air putih, aku jadi ingat sewaktu pelajaran pendidikan kesehatan dan jasmani di masa SMP. Waktu itu, guru memberi kami kuis mendadak dengan model siapa yang bisa langsung tunjuk jari untuk menjawab. 

   Salah satu pertanyannya adalah, berapa banyak air minum yang harus dikonsumsi manusia setiap harinya. Nah, dengan sangat percaya diri aku pun tunjuk jari. "Ya berapa?" tanya bu guru. "delapan liter bu..," jawabku dengan yakin. "hahahaahahah....," sontak beberapa teman pun tertawa. Tak sampai 10 detik, temaku yg lain menjawab "delapan gelas bu," dan ibu guru yang berdiri anggun di depan kelas itu pun membenarkan, "ya betul." Malu campur merasa bego ajah sih setelah kejadian itu, hehehehe... Ingat, 8 gelas, bukan 8 liter. Ntar bakal jadi galon berjalan dong kalo minum 8 liter per hari, wekekekek... #tahanmalu.com 

   Angka 8 gelas (2 liter) air itu muncul berdasarkan perkiraan rata-rata buangan urine orang dewasa sekitar 1,5 liter per hari. Jumlah itu belum termasuk keringat dan air mata. Kebutuhan ini tiap orang pastinya tidak sama, bergantung usia, jenis kelamin, dan aktivitas. Kondisi lingkungan dan kondisi tubuh yang sakit juga membutuhkan air yang berbeda volumenya. Makanya, tidak heran kan kalau kita sakit demam harus banyak minum air putih, itu karena salah satu fungsinya adalah mengontrol suhu tubuh. Untuk ibu yang hamil dan menyusui juga butuh mengonsumsi air yang lebih banyak dari biasanya. Oleh karena itu, agar lebih mudah, Institute of Medicine menganjurkan agar laki-laki dewasa mengonsumsi 13 gelas dan perempuan minum 9 gelas air minum. 

   Supaya lebih akurat, kita sebenarnya bisa menghitung sendiri berapa kebutuhan air dalam tubuh tiap harinya. Ibu Ike menjelaskan, caranya dengan menghitung lebih dulu angka kebutuhan energi (AKE) harian. Patokannya, 1 kilo kalori = 1 mililiter. Jadi, bila kebutuhan energi kita sehari-hari adalah 2.250 kilo kalori, itu berarti kebutuhan air kita adalah 2,25 liter. Namun, dalam kondisi tidak normal, misalnya asupan gizi kita tidak berimbang, maka kebutuhan air kita akan lebih banyak 500-1.000 mili liter. Pemenuhan kebutuhan air ini tidak melulu hanya dari air putih. Sebab, cairan juga bisa diperoleh dari buah-buahan, sayuran, atau minuman lain, seperti es kelapa muda, es jeruk nipis, jus buah, atau minuman kaleng. Jadi, dikira-kira aja sendiri, kebutuhan dan asupan cairan yang kita konsumsi.

    Di samping kiri ini ada tabel tentang kebutuhan air pada tubuh berdasarkan berat badan, yang diambil dari fullspike.com. Berat badan dalam tabel memakai satuan pound (lbs), untuk tahu satuan kg ditinggal kalikan aja dengan 0,45. Misal, untuk berat 160 lbs itu setara dengan 72 kg, atau untuk 200 lbs setara dengan 90 kg, dan seterusnya. Makanya, untuk yang beratnya sekitar 70-75 kg paling tidak harus minum 8 gelas air minum, sedangkan yang beratnya 80-90 kg, kebutuhan air minumnya sampai 9-10 gelas per hari. 

Menghaluskan kulit 

   Apa sih manfaat sebenarnya air, bagi tubuh kita itu. "Aku gak suka minum soda om," kata keponakan aku yang sudah beranjak gadis. "Aku mau terapi air putih, biar kulitnya mulus," tambah Lia menjelaskan. Hmm, kok bisa air putih bikin kulit mulus? 

   Secara basic, air berfungsi untuk melembabkan tubuh, sehingga kulit terasa lebih halus dan tidak kering. Katanya, minum banyak air juga mampu menekan nafsu makan, sehingga rasa lapar bisa ditahan. Tapi, gak gitu juga kali, terus kita gak makan sama sekali. Kita kudu tetap makan seimbang, sesuai kebutuhan gizi yang ideal. 

   Selain itu, air yang cukup ternyata membantu kerja ginjal untuk membuang atau menetralkan racun dalam tubuh, dan membuang kotoran sisa pencernaan dari dalam tubuh, sehingga penyakit sembelit (konstipasi) pun bisa dicegah. Air juga menjaga membrane mukosa tetap lembab, melumasi sendi, membantu pencernaan, dan menjaga kekentalan darah. Konsumsi air yang cukup akan memudahkan kerja ginjal, sehingga potensi penyakit batu ginjal bisa dicegah. 

   Air putih ternyata bisa juga menenangkan jiwa yang sedang shock, sebab air sebagai alat transportasi juga mengalirkan protein dan enzim-emzim sampai ke otak. Oleh sebab itu, saat shock, kaget, dan bingung, air putih dapat menenangkan kondisi jiwa tersebut, karena pikiran menjadi lebih rileks. 
   Bicara soal air minum, kita perlu tetap cermat memilih air yang kita konsumsi. Jangan asal 8-9 liter, upsss..., 8-9 gelas per hari. Tapi harus pula yang memenuhi standar kesehatan. Apa dong standar kualitasnya? Gampang saja, yang jelas tidak berwarna, jernih, tidak berbau, tidak mengandung bakteri, dan tidak mengandung zat mineral organik yang mengganggu tubuh. Intinya, air minum harus memenuhi syarat fisiki, kimia, mikrobiologis, dan radioaktif (pasal 3, Permenkes 492/2010 tentang persyaratan kualitas air minum). 

   Namun, ada ukuran batas ambang zat mineral yang masih diper bolehkan pada air yang kita konsumsi. Seperti kadar klorin yang ditoleransi adalah kurang dari 4 mg/liter atau kadar besi (fe) yang batas ambangnya 0,3 mg/liter. Tapi jika berlebih, berarti air itu tidak layak minum. Nah..., hari ini sudah berapa gelas air putih yang Anda minum? 

- yuda thant -


Minggu, 07 April 2013

Siapa Bilang Aku Nggak Cantik?


Aku kan gak cantik kayak Kakak.., gak bisa pose kayak Kakak..,” keluh Diyan, saat beberapa kali gagal mengekspresikan diri dalam tiap jepretan foto. “Sudah deh, fotonya tanpa aku aja...,” rengeknya lagi. Tak mau melihat Diyan murung, sahabat-sahabatnya pun segera menghibur dan memberikan saran.
Sudah nggak apa-apa. Santai aja. Coba rileks, terus gaya yang senatural mungkin. Coba ekspresinya di mata itu ditambah lagi. Kamu pasti bisa kok..,” ujar Nana dan Fika memberi dukungan kepadanya. “Oke, sekarang kita coba lagi yah,” tambah Nana.

Voila.., semua pun terlihat cantik. Cantik dengan ragamnya masing-masing.

 Bicara tentang kecantikan tidak akan ada habisnya. Seperti mengurai sebuah air hingga tetes terakhirnya. Kecantikan itu tidak mutlak, dinamis, dan sebuah komoditas. Setiap orang, komunitas, daerah, dan negara, punya konsep dan sudut pandang yang beragam tentang kecantikan. Cantik bagi saya, belum tentu cantik bagi Anda. Begitu pula cantik menurut Diyan, tidak akan sama cantik menurut Fika ataupun Nana. Oleh karena itu, definisi cantik pun akan beragam hasilnya.
Perempuan cantik itu yang punya (bentuk) mata indah,” ujar ku. “Gak lah. Wanita cantik itu yang punya tubuh seksi,” kata Kris. “Kalau aku sih yang punya kulit mulus dan wajah yang ayu,” ujar yang lainnya. “Aku apa yah? Oh ya, cewek cantik itu yang punya bulu mata lentik,” tambah Arya, mencoba mencari konsep perempuan cantik ketika melihat perempuan. 

Universal
Ada gak sih definisi cantik secara universal? Aku rasa tidak ada. Sebab, cantik dan kecantikan itu sendiri sudah universal. Konsep kecantikan tidak mutlak. Setiap komunitas, daerah dan negara memiliki punya pengertian cantik sendiri-sendiri. Oleh karena itu, segenap cara diupayakan untuk mendapatkan makna canti itu.
Di suku Padaung, Myanmar, konsep cantik bagi perempuan adalah yang memiliki leher jenjang (panjang). Makanya, sejak usia enam tahun leher mereka dililit dengan gelang besi oleh seorang dukun adat. Makin bertambah umur, gelang yang dililitkan makin banyak. Sementara di Mauritania, Afrika, konsep cantik bagi perempuan adalah memiliki tubuh yang montok, sebab dianggap lambang kesuburan dan kemakmuran. Oleh karena itu, agar terlihat gemuk, sejak kecil anak-anak gadis di sana diwajibkan mengonsumsi susu kambing dan makan makanan berlemak. Di belahan negara lain, cantik itu punya cuping telinga yang panjang, atau punya hidung yg mungil, atau mata yang lebar (tidak sipit), atau malah memilii kaki yang kecil, seperti yang berlaku di China pada masa kekaisaran.  
Cantik itu dinamis, selalu berkembang dari zaman ke zaman. Masanya Monalissa dan Lady Gaga, konsep cantik itu ditafsirkan sangat berbeda. Demikian pula zaman Titik Puspa dibanding Agnes Monica, konsep cantiknya juga beda. Dulu, perempuan di Jawa yang memiliki tubuh sintal (berisi/tidak terlalu gemuk) berkulit sawo matang dianggap perempuan yang cantik. Sekarang, perempuan cantik adalah yang tubuhnya kurus dan berkulit putih yang dinilai cantik. Hal yang sama juga berlaku di Amerika. Kemunculan boneka Berbie, dan penyebarannya yang melesat, membuat konsep cantik adalah seperti sosok boneka itu, yang kurus langsing, tinggi, rambut panjang (pirang), dada dan pantat montok.

Cantik itu fashion. Kecantikan bergantung pakaian, aksesoris, hingga kosmetik yang dikenakan oleh seorang perempuan. Dulu, wanita Jawa berbaju kebaya, perempuan Jepang yang berbaju kimono, atau wanita suku priitif beranting-anting besi yang banyak itu disebut cantik. Namun kini, perempuan cantik identik dengan perempuan yang mengenakan baju merek keluaran desainer ternama, model dan warna baju saling bertabakan, sepatu dengan hak yang bikit tumit kesakitan, aksesoris tas seharga jutaan, atau kosmetik impor yang anti luntur.
Jika demikian, cantik boleh dong disebut sebuah komoditas. Komoditas yang tak akan pernah ada matinya. Sebuah bahan “jualan” yang selalu memberi nilai untung, bagi yang memakainya, terlebih bagi yang menjualnya. Sebuah komoditas dengan pasar yang tak pernah mati. Malah mungkin menjadi kebutuhan pokok setelah nasi dan mandi. Tidak heran, jika salah satu iklan yang memadati layar TV adalah iklan untuk mempercantik perempuan (untuk laki-laki sekrang juga makin banyak produk yang diiklankan).
Tindakan ekstrem, seperti sedot lemak, pasang kawat gigi, operasi plastik hidung, dagu, kelopak mata, pasang silikon, dan suntik obat khusus agar kulit menjadi putih, rela dilakukan oleh kaum hawa. Tentu saja, semua praktik itu biayanya tidak murah. Maka, tak salah jika ada yang dengan sedikit kasar mengatakan bahwa cantik adalah kapitalis. Sebab, untuk terihat cantik seorang harus berduit, bermodal, dan kalau perlu sedikit pandai berbohong. Membohongi suami kalau uang belanja sudah habis, padahal duitnya ludes  untuk beli baju, kosmetik, dan perawatan rambut juga kuku di salon. Cantik itu mahal.

Sehat itu cantik
Dalam kamus bahasa Inggris Oxford, kata cantik berasal dari bahasa Perancis tua, “beaute,” dan bahasa Latin “bellus.” Dalam pengertian tersebut, cantik adalah kombinasi bentuk, wujud, warna, dan lainnya yang terkait dengan unsur estetika. Oleh sebab itu, cantik bergantung sudut pandang tiap orang yang melihatnya. Tidak ada cantik yang sama pada setiap orang. Jadi, untuk apa melihat kecantikan diri sendiri dengan bercermin pada orang lain. Anda dan dia tidak akan pernah sama cantiknya.
Dia mungkin lebih bagus bentuk matanya, tapi bentuk bibir Anda mungkin saja lebih sensual. Menurut dua pemikir teori konstruksi sosial, Micahel Foucault dan Erving Goffman, kecantikan itu dibentuk dan dikendalikan oleh masyarakat  dan struktur sosial. Maka, akan berubah seiring dengan ruang dan waktu. Akibatnya, perilaku perempuan pun dari masa ke masa terus berubah dalam hal mempercantik dirinya. Dulu, perempuan sibuk memadatkan tubuhnya agar tampak montok nan seksi. Tapi sekarang, malah mati-matian menguruskan badan agar terlihat memesona di mata pria.

Memang benar cantik itu tidak murah, tapi cantik itu mudah kok. Hal yang paling mudah untuk tampil menjadi cantik adalah dengan dengan menjadi sehat. Saat tubuh Anda sehat, spontan Anda akan merasa sebagai perempuan yang paling cantik di dunia ini. Sehat yang dimaksud ini bukan cuman sehat fisik, tapi juga sehat jiwa dan mental. Sehat lahiriah dan batiniah. Seperti yang sudah banyak dibilang orang, salah satu tips untuk cantik adalah dengan mengonsumsi air putih yang seimbang, buah dan sayuran, juga cukup olah raga dan istirahat. Sisanya, coba mulai kendalikan emosi dan selalu berpikir positif agar terhindar dari stress dan keresahan tingkat akut. Coba secara bertahap, tidak usah terlalu terburu-buru supaya hasil cantik yang Anda peroleh lebih datah lama.
Hhmmmm..., edisi kali ini memang sedikit serius ngobrolnya,  maklum yang dibahas soal perempuan cantik, jadi harus fokus, hehehe... Anyway, menjadi cantik memang hasrat semua perempuan. Tapi, banyak yang ragu bahwa di dalam dirinya sudah tersimpan kecantikan yang tidak dia lihat dengan cermat dan sungguh-sungguh. Lagi-lagi, mereka selalu berkaca pada kecantikan perempuan lain, dan selalu lupa bahwa dirinya juga cantik. Cantik budinya, cantik sikapnya, cantik otaknya, cantik jiwanya, dan cantik parasnya. Percaya dirilah..!, bahwa Anda itu cantik kok. Jadi, siapa yang bilang Anda tidak cantik?

Ok, siap..., satu... dua... tiga... “jepreet.., jepreett..” kamera pun beraksi kembali

-yuda thant-