“Jadi si M itu ibunya Silas, si penjahat itu ya?” tanya Dyan. “Bukan. Dia
itu dulu anak buahnya yang setia banget sama si M. Tapi pas dia tertangkap,
malah gak ditolong atau dibelain ama si M, malah dicuekin, sampai-sampai si Silva
makan kapsul sianida,” jawab Fika semangat. “Tapi kenapa kok si penjahatnya (Silva)
nyebut si M itu mother sih?” tanya Dyan lagi masih penasaran. “Itu kan karena
si Silas udah anggap si M kayak ibunya sendiri,” Fika menjelaskan.
“Iya betul. Kasusnya sama kayak si Bond yang di awal film itu lho. Bond kan
sempet kecewa ama si M, gara-gara partner nya disuruh nembak (situasinya Bond
dan musuhnya sedang berkelahi di atas gerbong yang berjalan), padahal dikit
lagi Bond bisa menghabisi si penjahat. Makanya, dia gak mau segera balik ke
markas padahal di kan selamat. Soalnya dia merasa dikhianati,” aku memberi
penjelasan tambahan.
“Oh iya iya... Tapi sayang ah, bagian ending film nya kurang seru. Yang
seru malah di awal-awal. Kurang gimana ya..,” ujar Dyan sedikit kecewa dengan pungkasan cerita Film James
Bond ke 23, berjudul Skyfall, yang baru saja kami tonton Senin siang itu,
selepas dari kampus. Begitulan komentar-komentar kami berlima di dalam mobil selepas
keluar dari bioskop yang terletak di salah satu mall pusat Kota Surabaya. “Kita kok seperti lagi bikin critical apppraisal, tugas dari Prof
Wid ya? Mengkritisi film seperti mengkritisi jurnal penelitian dengan segala teori-teori ilmiah,” celetuk Fika. Hahahahaha..., semua tertawa mengamini. “Oohh... Prof
Wid, dirimu telah menghantui kami,” tambahku. (Prof Wid, kalau baca ini jangan ngambek yah. "Menghantuinya" dalam arti yang positif kok, hehehe..)
Memang asyik kalau selepas nonton terus ada kesempatan diskusi dan
mengkritsi filmnya. Biar bukan kritisku sejati, tapi ajang komen dan diskusi
ini adalah cara agar kita tetap dan selalu berpikir kritis. Kesimpulan
sederhana yang aku peroleh setelah menonton film berdurasi 2 jam lebih ini
adalah ada misi khusus yang ingin ditampilkan pembuatnya, yakni mengganti
“suasana” Bond yang sudah baku selama ini.
Sebenarnya soal kebakuan ini sudah ditabrak sejak Daniel Craig yang “cadas”
menggantikan Pierce Brosnan, yang berkesan flamboyan dan klimis, sebagai James
Bond. Karakter Bond yang flamboyan itu sudah bertahan lebih dari 40 tahun sejak
diperankan oleh aktor-aktor sebelumnya, Roger Moore, Timothy Dalton, dan Sean
Connery.
Jika dulu, markas M16 berada di jantung kota London, kini beralih ke ruang
bawah tanah peninggalan abad 17. Si bos besar, perempuan bertangan dingin, M
yang diperankan Judy Dench selama 7 film berturut-turut, digantikan oleh Ralph
Fiennes, yang nama karakter di filmnya juga berawalan dengan huruf M (Mallory).
Demikian pula Mr Q, tuan jenius pembuat alat-alat canggih yang selama ini
dikarakterkan dengan sosok pria tua yang sedikit lucu dan satir, kini dibuat
lebih segar namun agak kikuk (sedikit cakep ala-ala British Boy). Sedangkan Miss
Penny, sekretaris M, yang biasanya adalah gadis cantik berambut pirang, kini bermetamorfosa
menjadi gadis Afro yang keseksiannya tetap dipertahankan.
Sakit hati
Menurut aku, tema dasar film yang lagu soundtrack-nya dinyanyikan oleh
Adele, ini adalah betapa tipisnya nilai kesetiaan dan penghianatan. Kesetian
yang termaksud dalam film ini, loyalitas seorang agen kepada bos dan negaranya.
Sedangkan penghianatan itu disuguhkan melalui rasa kecewa mendalam seorang agen
terbaik kepada mantan bosnya, yang telah dianggap seperti ibunya sendiri.
“Itu mengapa agen yang terkuat adalah yang berasal dari anak yatim piatu,”
– salah satu ucapan M dalam dialognya bersama Bond.
Pengkhianatan. Siapa yang ingin dikhianati? Tidak ada satu pun dari kita
yang ingin mengalami situasi tersebut. Dikhianati sahabat, rekan kerja,
kekasih, atau malah saudara sendiri. Kepercayaan dan kesetian yang dibangun susah
payah tiba-tiba dicurangi, tanpa persetujuan, bermotif cenderung merugikan kita,
dan membuat perasaan/fisik kita terluka. Rasanya seperti ditikam dengan belati
dari belakang.
Bagi yang merasa dikhianati pasti sakitnya minta ampun, bahkan bisa
menimbulkan dendam dan kebencian yang sangat, bahkan berhasrat untuk membalas
kesakitan itu pada orang atau pihak yang mengkhianatinya. Namun, dibalik pengkhianatan
itu, pasti ada alasannya. Entah itu alasan baik, atau alasan jahat dari si
pengkhianat. Di film ini, M berusaha bertindak yang terbaik bagi M16. Dia memilih
tidak membebaskan Silva karena si agen dinilai telah bersalah, dan ada tebusan
pengganti, yakni 6 agen lainnya dibebaskan. Demikian juga ketika M memutuskan
agar Eve tetap menembak meski sasaran tembaknya belum jelas.
Begitu pula seorang laki-laki yang mengkhianati kekasihnya, pasti ada
alasan dibaliknya. Mungkin saja, ada perselisihan yang belum tuntas dan saling
membesarkan ego masing-masing, atau malah ketidakcocokan dari awal yang meledak
pada akhirnya. Teman atau rekan yang berkhianat, mungkin jika di lingkungan
(kantor/grup) membuatnya tidak nyaman, terintimidasi, atau tersiksa yang
disebabkan pihak internal dari grup itu, misalnya saja pemain bola yang pindah
ke kubu lawan. Atau memang, si pengkhianat memiliki maksud dan sifat buruk
terhadap pihak yang dikhianatinya. Bisa aja duit, balas dendam, dan kepuasan, itu
jadi motifnya.
Kamu pasti pernah berkhianat? Iya kan? Jujur aja deh... Sekali dalam hidup,
meski skalanya kecil, pengkhianatan pernah kita lakukan. Atau malah sering
dikhianati?? Waduh, amit-amit jabang monyet deh, jangan sampai ya. Apalagi kalau
cintanya yang berkhianat. (hmm.., kok mirip salah satu kalimat dalam lagu
“butiran debu” yah?!?).
Oke, nasi sudah jadi bubur ayam (tiba-tiba kangen ama bubur ayam di
Bandung). Kalau pernah berkhianat, jangan diulangi lagi ya, atau dilakukan
sering-sering, nanti dosanya malah numpuk. And than, sempetin minta maaf sama
orang yang sudah merasa tersakiti. Nah, kalau merasa dikhianati, jangan dendam.
Anggap ajah lu lagi apes/sial. Maafin aja kesalahan dia, dan hapuskan dendam
yang sempat menumpuk dan berkecamuk dalam hatimu (ciyeeee...), dari pada si
dendam malah bikin kolesterol dan jantung koroner, hehe..
Intinya, ya bubur ayam Bandung itu tadi. Yang lewat biarlah lewat, yang
penting ke depan jangan sampai kejadian lagi. Waswaslah..., waswaslah...,
waswaslah...!! (hehehe..)
-yuda thant-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar