Siapa bilang
menari hanya pandai dilakukan oleh kaum hawa? Buktinya, delapan laki-laki
berotot atletis mampu memukau sekitar 200 penonton di auditorium Sheraton Hotel
Surabaya, Selasa (5/6/2012). Mereka menampilkan tarian kontemporer yang
mengandalkan kecepatan gerak dan dinamika tubuh, serta kelenturan tangan yang
mampu meliuk-liuk bak akrobat di arena sirkus.
"Keren
banget," begitu riuh suara yang terdengar dari sejumlah penonton yang tak
henti-hentinya memberi aplaus selama 5 menit, usai menyaksikan electro dance
dari grup "Elektro Kif" yang dikoreograferi oleh Blanca Li.
Atraksi tarian
yang berjalan sekitar 50 menit itu terbagi menjadi lima segmen yang saling
bertautan, dan terangkai dengan apik tanpa ada kesan terputus. Properti yang
dikunakan pun tak banyak, hanya delapan meja dan kursi belajar. Namun, dukungan
tata lampu dan suara, mampu memberikan latar yang pas sesuai jalan cerita yang
disuguhkan.
Segmen pertama,
satu persatu penari muncul dengan menampilkan karakternya masing-masing sebagai
delapan siswa. Ada karakter badung, modis dan tampil sok gaul, kutu buku, dan
konyol, khas anak-anak di bangku SMA. Dari segmen ini, penonton langsung
disuguhi koreografi kelenturan dan kecepatan mereka menggerakkan tangan, tanpa
terselip atau "keserimpet". Aksi enam penari yang masing-masing
berpasangan, menyatu membentuk sosok dwarf yang menari di atas meja, sempat membuat
penonton tertawa.
Latar pun
beralih ke lapangan basket. Atraksi bermain-menari basket tanpa bola,
tidak terlihat aneh, tapi malah menari. Sebab, dentuman bola yang terpantul,
disuarakan dari musik latar, diperagakan pas oleh penari-penarinya. Tak ketinggalan,
aksi berantem pun dimunculkan oleh dua penari yang memadukan
ballet dgn electro dance.
Setelah lelah
bermain basket, penonton digiring ke ruang kantin, dan berlanjut ke suasana
ujian. Para penari mampu menghadirkan suasana ujian yang dipenuhi aksi-aksi
mencontek. Tiap penari menunjukkan trik mencontek mereka masing-masing. Ada
yang di bawah meja, sepatu, sampai ditulis di dada dan celana dalamnya.
(Ckckckck..., kok mirip di sini yah!). Meja dan kursi mereka jadikan sarana
untuk menari sekaligus bermain musik perkusi. Sederhana, tapi pas dan apik.
Menjelang
segmen terakhir, seluruh penari bertelanjang dada dan membalutkan kausnya
menjadi ikat kepala, sehingga terkesan seperti rombongan serdadu mesir. Apalagi,
gaya tarian yang mereka tampilkan mirip tentara mesir yang muncul di video klip
Michael Jackson, belasan tahun lalu.
Adegan terakhir
yang ditampilkan delapan penari itu adalah aktivitas berselancar di internet.
Gongnya, semua berkumpul di salah satu komputer siswa, yang sepertinya sedang
membuka situs dewasa. Itu terlihat dari ekspresi dan gestur mereka yang
tiba-tiba merapat dan bermimik sedikit mesum. Hehehehe..., gak di sini gak di
sana, siswa emang pengen tahu kalau yang namanya situs dewasa, betul gak??
Tepuk tangan
penonton pun akhirnya reda, setelah delapan penari itu, Jeremi Albberge, Khaled
Abdulahi, Arnaud Bacharach, Roger Bepet, William Falla, Slate Hemedi, Alou
Sidibe, dan Adrien Sissoko, meninggalkan panggung. "Mantab,"
begitulah kata penonton yang keluar dari ruangan auditorium itu, dalam
rangkaian acara "printemps francais" yang digelar oleh Institut
Francais Indonesia.
-yuda thant-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar