Ribuan orang sudah membanjiri Jalan Gubernur
Suryo, saat matahari mulai condong ke arah barat. Cuaca Minggu (5/5) singa ini sangat cerah, malah
kelewat cerah. Sebab, matahari sepertinya ikut gembira menyambut acara Parade
Budaya dan Bunga 2013, menyambut HUT Kota Surabaya yang ke 720. Teriknya sengatan
sang surya itu pun masih membekas sampai pulang dari pawai tahunan tersebut.
Bukan hanya di jalan di depan Grahadi ini yang
dipadati manusia, tapi di sepanjang jalan dari Tugu Pahlawan-Kramat
Gantun-Tunjungan-Gubernur Suryo-Yos Sudarso-Balai Kota, juga kebajiran penduduk
Kota Surabaya. Mereka datang bersama keluarga, sahabat, teman sekampus, teman
sehobi, kekasih, atau pun tetangga sekampung. Jalan yang biasanya padat
kendaraan bermotor, kita dipadati manusia yang menikmati kemeriahan parade ini.
“Gak apa-apalah, sekali-kali berjemur,” ujar seorang pengunjung yang berteduh
di bawah payung warna-warninya.
Ratusan remaja putra-putri melenggak-lenggok di
aspal yang panas mengenakan kostum yang bertabur bunga, kain warna-warni, pita,
dan ornamen-ornamen lainnya. Ada yang menyerupai bunga mawar, kupu-kupu, buaya,
burung garuda, sampai putri merak. Meski harus menahan ribuan watt sorotan
matahari, mereka tetap tersenyum dan melayani warga yang tertarik ingin berfoto
dengannya. Ketika ratusan fotografer mendekati mereka, sontak mereka langsung
pose dan tersenyum renyah.
Setelah deretan remaja yang melenggangkan adibusana,
giliran mobil hias yang melintas. Setidaknya ada 30-an unit mobil berhiaskan bunga
dan miniatur bangunan atau binatang buas. Mobil-mobil hias ini bukan hanya saja
dari Surabaya, tapi juga ada yang datang dari perwakilan Bandung, NTT,
Kalimantan, Bali, dan Sulawesi. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah
mobil hias dari NTT sebab memberi suguhan patung komodo yang merayap di atas
mobil. Selain itu ada juga sosok garuda wisnu kencana yang berjalan pelan sangat
gagahnya di jalanan aspal. Tak ketinggalan merak cantik berwarna kuning dari
Kota Surabaya yang ditunggangi Cak dan Ning Surabaya.
Mobil maupun para peraga adibusana itu terpaksa
jalan perlahan dan tersendat karena jalan selebar lebih dari 15 meter itu hanya
disisakan sekitar 3-6 meter oleh penduduk yang antusias menonton. Makanya,
berkali-kali petugas barikade berteriak-teriak kepada warga agar memberi ruang
yang lebar kepada para kontestan. Penonton berebut ingin berfoto dengan tiap
peraga yang melintas dengan busana yang unik, menarik, dan meriah. Atau dengan
latar mobil hias yang melintas perlahan. Aku pun gak mau ketinggalan. “Tolong
fotoin yah...,” pintaku kepada salah seorang teman kampus yang ikut menonton.
(hehehehe..., narsis dikit bolehkan. kapan lagi foto-foto dengan model yang cantik dan ganteng-ganteng, hahaha..).
Boleh dibilang, peserta pawai ini seperti festival
di Jember atau di Solo. Namun, yang menarik, di festival budaya ini, semua
budaya yang ada di Kota Surabaya disuguhkan. Etnis Jawa memang mendominasi di
Surabaya, namun sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, tak dipungkiri penduduk
dari semua etnis di Indonesia ada dan hidup harmonis di kota ini. Keharmonisan
dengan etnis tionghoa pun terlihat lebur dalam festival ini. Salah satunya
Masjid Ceng Ho yang ditampilkan pada mobil hias salah satu kontestan. Tak ketinggalan
barongsai dan liong juga ikut memeriahkan pesta budaya ini.
Bulan ini Surabaya berulang tahun. Serangkaian pesta
digelar di sepanjang bulan. Selain pesta diskon di pusat-pusat perbelanjaan,
pesta budaya juga ikut disajikan. Pekan depan dan selanjutnya, akan ada
festival rujak uleg dan festival pariwisata. Jika masih bingung mau kemana
selama bulan Mei, datang saja ke Surabaya. Dijamin Anda akan menikmati kepuasan.
Surabaya memang tak punya pemandangan gunung dan pantai yang “cetar membahana” seperti
kata Syahrini, tapi Surabaya punya banyak cerita yang bisa Anda bawa pulang. Come,
enjoy and have fun in Surabaya.
-yudathant-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar