“Aku kan gak cantik kayak Kakak.., gak bisa pose
kayak Kakak..,” keluh Diyan, saat beberapa kali gagal mengekspresikan diri
dalam tiap jepretan foto. “Sudah deh, fotonya tanpa aku aja...,” rengeknya lagi.
Tak mau melihat Diyan murung, sahabat-sahabatnya pun segera menghibur dan
memberikan saran.
“Sudah nggak apa-apa. Santai aja. Coba rileks, terus
gaya yang senatural mungkin. Coba ekspresinya di mata itu ditambah lagi. Kamu
pasti bisa kok..,” ujar Nana dan Fika
memberi dukungan kepadanya. “Oke, sekarang kita coba lagi yah,” tambah Nana.
Voila.., semua
pun terlihat cantik. Cantik dengan ragamnya masing-masing.
Bicara tentang kecantikan tidak akan ada habisnya.
Seperti mengurai sebuah air hingga tetes terakhirnya. Kecantikan itu tidak
mutlak, dinamis, dan sebuah komoditas. Setiap orang, komunitas, daerah, dan
negara, punya konsep dan sudut pandang yang beragam tentang kecantikan. Cantik
bagi saya, belum tentu cantik bagi Anda. Begitu pula cantik menurut Diyan,
tidak akan sama cantik menurut Fika ataupun Nana. Oleh karena itu, definisi
cantik pun akan beragam hasilnya.
“Perempuan cantik itu yang punya (bentuk) mata
indah,” ujar ku. “Gak lah. Wanita cantik itu yang punya tubuh seksi,” kata
Kris. “Kalau aku sih yang punya kulit mulus dan wajah yang ayu,” ujar yang
lainnya. “Aku apa yah? Oh ya, cewek cantik itu yang punya bulu mata lentik,”
tambah Arya, mencoba mencari konsep perempuan cantik ketika melihat
perempuan.
Universal
Ada gak sih definisi cantik secara universal? Aku
rasa tidak ada. Sebab, cantik dan kecantikan itu sendiri sudah universal. Konsep
kecantikan tidak mutlak. Setiap komunitas, daerah dan negara memiliki punya
pengertian cantik sendiri-sendiri. Oleh karena itu, segenap cara diupayakan
untuk mendapatkan makna canti itu.
Di suku Padaung, Myanmar, konsep cantik bagi perempuan
adalah yang memiliki leher jenjang (panjang). Makanya, sejak usia enam tahun
leher mereka dililit dengan gelang besi oleh seorang dukun adat. Makin bertambah
umur, gelang yang dililitkan makin banyak. Sementara di Mauritania, Afrika,
konsep cantik bagi perempuan adalah memiliki tubuh yang montok, sebab dianggap
lambang kesuburan dan kemakmuran. Oleh karena itu, agar terlihat gemuk, sejak
kecil anak-anak gadis di sana diwajibkan mengonsumsi susu kambing dan makan
makanan berlemak. Di belahan negara lain, cantik itu punya cuping telinga yang
panjang, atau punya hidung yg mungil, atau mata yang lebar (tidak sipit), atau
malah memilii kaki yang kecil, seperti yang berlaku di China pada masa
kekaisaran.
Cantik itu dinamis, selalu berkembang dari zaman
ke zaman. Masanya Monalissa dan Lady Gaga, konsep cantik itu ditafsirkan sangat
berbeda. Demikian pula zaman Titik Puspa dibanding Agnes Monica, konsep
cantiknya juga beda. Dulu, perempuan di Jawa yang memiliki tubuh sintal
(berisi/tidak terlalu gemuk) berkulit sawo matang dianggap perempuan yang
cantik. Sekarang, perempuan cantik adalah yang tubuhnya kurus dan berkulit
putih yang dinilai cantik. Hal yang sama juga berlaku di Amerika. Kemunculan boneka
Berbie, dan penyebarannya yang melesat, membuat konsep cantik adalah seperti
sosok boneka itu, yang kurus langsing, tinggi, rambut panjang (pirang), dada
dan pantat montok.
Cantik itu fashion. Kecantikan bergantung pakaian,
aksesoris, hingga kosmetik yang dikenakan oleh seorang perempuan. Dulu, wanita Jawa
berbaju kebaya, perempuan Jepang yang berbaju kimono, atau wanita suku priitif
beranting-anting besi yang banyak itu disebut cantik. Namun kini, perempuan
cantik identik dengan perempuan yang mengenakan baju merek keluaran desainer ternama,
model dan warna baju saling bertabakan, sepatu dengan hak yang bikit tumit
kesakitan, aksesoris tas seharga jutaan, atau kosmetik impor yang anti luntur.
Jika demikian, cantik boleh dong disebut sebuah
komoditas. Komoditas yang tak akan pernah ada matinya. Sebuah bahan “jualan”
yang selalu memberi nilai untung, bagi yang memakainya, terlebih bagi yang
menjualnya. Sebuah komoditas dengan pasar yang tak pernah mati. Malah mungkin
menjadi kebutuhan pokok setelah nasi dan mandi. Tidak heran, jika salah satu
iklan yang memadati layar TV adalah iklan untuk mempercantik perempuan (untuk
laki-laki sekrang juga makin banyak produk yang diiklankan).
Tindakan ekstrem, seperti sedot lemak, pasang
kawat gigi, operasi plastik hidung, dagu, kelopak mata, pasang silikon, dan
suntik obat khusus agar kulit menjadi putih, rela dilakukan oleh kaum hawa. Tentu
saja, semua praktik itu biayanya tidak murah. Maka, tak salah jika ada yang
dengan sedikit kasar mengatakan bahwa cantik adalah kapitalis. Sebab, untuk
terihat cantik seorang harus berduit, bermodal, dan kalau perlu sedikit pandai
berbohong. Membohongi suami kalau uang belanja sudah habis, padahal duitnya
ludes untuk beli baju, kosmetik, dan
perawatan rambut juga kuku di salon. Cantik itu mahal.
Sehat itu cantik
Dalam kamus bahasa Inggris Oxford, kata cantik
berasal dari bahasa Perancis tua, “beaute,” dan bahasa Latin “bellus.” Dalam pengertian
tersebut, cantik adalah kombinasi bentuk, wujud, warna, dan lainnya yang
terkait dengan unsur estetika. Oleh sebab itu, cantik bergantung sudut pandang
tiap orang yang melihatnya. Tidak ada cantik yang sama pada setiap orang. Jadi,
untuk apa melihat kecantikan diri sendiri dengan bercermin pada orang lain. Anda
dan dia tidak akan pernah sama cantiknya.
Dia mungkin lebih bagus bentuk matanya, tapi
bentuk bibir Anda mungkin saja lebih sensual. Menurut dua pemikir teori konstruksi
sosial, Micahel Foucault dan Erving Goffman, kecantikan itu dibentuk dan
dikendalikan oleh masyarakat dan
struktur sosial. Maka, akan berubah seiring dengan ruang dan waktu. Akibatnya,
perilaku perempuan pun dari masa ke masa terus berubah dalam hal mempercantik
dirinya. Dulu, perempuan sibuk memadatkan tubuhnya agar tampak montok nan
seksi. Tapi sekarang, malah mati-matian menguruskan badan agar terlihat
memesona di mata pria.
Memang benar cantik itu tidak murah, tapi cantik itu
mudah kok. Hal yang paling mudah
untuk tampil menjadi cantik adalah dengan dengan menjadi sehat. Saat tubuh Anda
sehat, spontan Anda akan merasa sebagai perempuan yang paling cantik di dunia
ini. Sehat yang dimaksud ini bukan cuman sehat fisik, tapi juga sehat jiwa dan
mental. Sehat lahiriah dan batiniah. Seperti yang sudah banyak dibilang orang,
salah satu tips untuk cantik adalah dengan mengonsumsi air putih yang seimbang,
buah dan sayuran, juga cukup olah raga dan istirahat. Sisanya, coba mulai kendalikan
emosi dan selalu berpikir positif agar terhindar dari stress dan keresahan
tingkat akut. Coba secara bertahap, tidak usah terlalu terburu-buru supaya
hasil cantik yang Anda peroleh lebih datah lama.
Hhmmmm..., edisi kali ini memang sedikit serius
ngobrolnya, maklum yang dibahas soal
perempuan cantik, jadi harus fokus, hehehe... Anyway, menjadi cantik memang
hasrat semua perempuan. Tapi, banyak yang ragu bahwa di dalam dirinya sudah tersimpan kecantikan yang tidak dia lihat dengan cermat dan sungguh-sungguh. Lagi-lagi, mereka selalu berkaca
pada kecantikan perempuan lain, dan selalu lupa bahwa dirinya juga cantik. Cantik
budinya, cantik sikapnya, cantik otaknya, cantik jiwanya, dan cantik parasnya. Percaya
dirilah..!, bahwa Anda itu cantik kok. Jadi,
siapa yang bilang Anda tidak cantik?
Ok, siap..., satu... dua... tiga... “jepreet..,
jepreett..” kamera pun beraksi kembali
-yuda thant-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar