Malam di Tangerang Selatan bertabur pijaran cahaya kembang api. Langit yang gelap tiba-tiba penuh warna. Dentum dan gemuruh bersahutan di berbagai ujung jalan kota, bak meriam yang mendesing dan jatuh ke bumi. Dua puluh detik lewat dari tengah malam. Selamat datang tahun yang baru.
Sesaat sepi. Langit kembali tak bercahaya dan bersuara. Hanya gelap tersisa. Tak satu pun bintang berkedip menyapa. Sesaat itu pula hati kecil bertanya pada otak besar: Apa yang kamu mau di tahun 2017 ini?
Otak pun berpikir keras. Berjuang mencari jawaban yang berserakan namun kasat mata di cakrawala yang buram akibat asap-asap kembang api. "Apa yang kuinginkan?" "Apa yang hati kecil harapkan?" "Apakah keinginan aku harus bertemu dengan kehendak hati?"
"Aku ingin MENEMUKAN KEBAHAGIAAN" jawab otak yakin.
Tak ada tanggapan dari hati selama beberapa detik. Hanya terdiam merenung. Kemudian, rentetan tanya terlontar "Mengapa menemukan? Apakah kamu tak bahagia selama ini? Dimana kamu akan menemukannya? Apa yang terjadi setelah kamu bertemu dengannya?"
"Aku tak tahu dia dimana. Aku tak tahu apakah aku sudah bahagia selama ini. Oleh karena itu aku ingin menemukannya!" jawab otak kilat.
"Lalu, apa selanjutnya setelah kamu berpikir bahagia?" tanya hati selidik.
Otak terdiam sejenak. Hanya bergumam tak jelas, kemudian bersuara pelan dan yakin. "Jika aku berpikir telah bahagia, aku yakin kamu, hati kecil, telah merasakan kebahagiaan itu terlebih dulu sebelum aku memikirkannya,"
Hati kecil pun hanya tersenyum. "Kalau begitu, TEMUKANLAN BAHAGIA itu dengan segera. Aku akan menunggu dan merasakannya bersama kamu," balas hati sambil senyum bangga.
Bahagia itu Sederhana
Aku pun teringat pada sebuah lirik lagu yang dinyanyikan Wina & Abdul-The Coffee Theory. Di lirik pertamanya berbunyi, "bahagia itu sederhana, hanya dengan melihat senyumnya, saat dunia mengacuh..."
Sesederhanakah itu kebahagiaan? Hanya dengan melihat tawa dan senyum orang yang kita kasihi. Hanya merasakan kecupan mesra dari orang yang tercinta. Hanya menerima pesan singkat bertuliskan "jangan lupa makan siang" dari orang yang kita rindukan?
Bagiku iya. Kebahagiaan itu sangatlah sederhana.
Kebahagiaan tak harus mahal, tak harus mewah, tak harus besar, dan tak harus tenar. Kebahagiaan itu sederhana. Karena ada pada diri kita sendiri. Ada pada jiwa dan benak kita sendiri. Kebahagiaan itu ada pada kita.
Saiful, 38 tahun, bahagia saat kedua anak laki-lakinya menelepon dan bercerita kisah-kisah mereka selama seharian ketika sang ayah tak ada di rumah. "Iya, Abi nanti pulang sebentar lagi, tunggu yah..."
Rina, 29 tahun, bahagia kala bisa menikmati sore berjalan-jalan keluar-masuk toko di mall mencuci mata dengan mode-mode baju terbaru. Sesekali membelanjakan gajinya khusus untuk baju dan sepatu. "Wooww.., diskon, diskon, diskon..., asyik...."
Diyan, 28 tahun, bahagia itu saat bisa berkumpul duduk di warung kopi bersama sahabat-sahabat somplak-nya, sambil saling berhujat dan menertawakan kebodohan masing-masing. "Idung gue besar, tapi jidat lu tuh lebar... hahahaha...."
Nita, 42 tahun, bahagia itu saat kedua anjing dan seekor kucingnya bercanda dan saling goda sehingga terjadi kelucuan yang aneh diantara dua makhluk itu. "Anjing bego, hehehe..."
Ken, 4 tahun, bahagia saat bisa bermain sepeda sepuas-puasnya tanpa harus diomelin mamanya karena bermain sepeda di siang bolong. "Mama..., aku bisa lepas tangan, lihat ma..."
Khat-khat, 22 tahun, bahagia saat jualan online-nya laris manis, dan banyak followers di akun instagramnya. Ting..., satu lagi followers bertambah.
Adi, 34 tahun, bahagia saat menjajaki dan menikmati keindahan alam gunung-gunung di nusantara bersama gadis yang kini telah menjadi istrinya. "Subhanallah..., indahnya..."
Parvati, 60 tahun, bahagia saat anak bungsunya menelepon menanyakan kabar di rumah dan kesehatannya. "Ibu sudah makan belum?..."
Itulah kebahagiaan sederhana cara mereka. Tiap orang punya bentuk dan cara bahagia yang berbeda-beda. Tak selalu sama ukuran dan kadarnya. Yang jelas, bahagian itu memang sederhana. Apakah kamu punya kesederhanaan dari kebahagiaan itu?
Emas di Ujung Pelangi
Mencari kebahagiaan bak mencari sepundi emas di ujung bianglala. Semakin dicari makin tersembunyi keberadaannya. Kebahagiaan akan datang dengan sendirinya apabila kita mau dan sedia menerima apa yang ada. Mensyukuri apa dan siapa yang kita punya. Di situ adalah kita bahagia.
Lalu apa masih perlu kita mencarinya? Apakah tidak bisa dia tiba dengan sendirinya?
Bagi aku, kebahagiaan itu masih perlu dicari. Masih perlu diraih. Dan masih perlu dinanti. Kebahagiaan yang sudah lama aku tunggu. Yang telah lama ingin diunduh, juga telah lama aku buru. Otak dan hati tahu jawabnya. Mereka pun sudah ribuan juta detik menanti dan merindukannya. Sebuah kebahagiaan yang melengkapi ratusan kebahagiaan lain yang ada selama ini dalam hidupku.
Aku bahagia. Aku selalu bahagia. Dan aku akan terus mencari kebahagiaan itu.
Kamu, di suatu tempat di sana. Mungkin jawabnya.
- yudathant -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar